Selasa, 30 Juni 2015

supervisi pendidikan



BAB I
LATAR BELAKANG SUPERVISI
Istilah Inrspektur pernah dipakai untuk beberapa waktu, tetapi kemudian diubah dengan sebutan pengawas untuk tingkat sekolah lanjutan dan penilik untuk sekolah dasar. Seiring dengan itu muncul pula sebutan baru, yaitu supervisi, yang berasal dari bahasa Inggris, supervision, yang diperkenalkan oleh orang-orang yang pernah belajar di Amerika Serikat.
Menurut Soetopo, di Amerika Serikat aktivitas supervisi baru muncul pada permulaan zaman kolonial, yaitu pada sekitar tahun 1654. “The General Court of chusetts bay coloni” menyatakan bahwa pemuka-pemuka kota bertanggung jawab atas seleksi dan pengaturan kerja guru-guru, gerakan dapat danggap sebagai cikal bakal lahirnya konsep yang paling dasar untuk perkembangan supervisi moderen.
Kemudian Boston, a comite of laymen mengunjungi sekolah-sekolah untuk mengetahui penggunaan metode pengajar oleh guru-guru, kecakapan siswa, dan merumuskan usaha-usaha memajukan pengajaran dan organisasi-organisasi sekolah yang baik. Selanjutnya, perkembangan dan pertumbuhan sekolah dipengaruhi pula oleh bertambahnya jumlah penduduk, yang membuat dibutuhkanya tambahan tenaga guru yang lebih besar, yang ada di antara mereka yang dipilih menjadi kepala sekolah, tapi kepala sekolah pada waktu itu belum berfungsi sebagai supervisor.
Namun pada perkembangan selanjutnya baru, terutama setelah bertambahnya aktivitas sekolah, maka didirikanlah kantor superintendent di sekolah-sekolah, yang mengakibatkan adanya dua unsur pimpinan di setiap sekolah. Kewenangan kedua unsur pimpinan di sekolah itu tidak begitu cepat berkembang, tapi baru setelah pada awal abad ke-19, di mana terjadi pengurangan beban pengajar kepala sekolah, supaya mereka lebih banyak mencurahkan waktu untuk membantu pekerjaan guru di kelas. Sehingga dapat dikatakan dari sinilah dimulainya dua fungsi kepala sekolah, yaitu sebagai administrator dan supervisor di sekolah.
Di dunia pendidikan Indonesia, diterapkannya secara formal konsep supervisi diperkirakan sejak diberlakukannya Keputusan Menteri P dan K, RI. Nomor: 0134/1977, yang menyebutkan siapa saja yang berhak disebut supervisor di sekolah, yaitu kepala sekolah, penilik sekolah untuk tingkat kecamatan, dan para pengawas di tingkat kabupaten/ Kotamadya serta staf kantor bidang yang ada di setiap propinsi. Di dalam PP Nomor 38/Tahun 1992, terdapat perubahan penggunaan istilah pengawas dan penilik. Istilah pengawas dikhususkan untuk supervisor pendidikan di sekolah sedangkan penilik khusus untuk pendidikan luar sekolah
Standar mutu pengawas yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (Sudjana, menyatakan, bahwa pengawas sekolah berfungsi sebagai supervisor baik supervisor akademik maupun supervisor manajerial. Sebagai supervisor akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk membantu kemampuan profesional guru agar guru dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas berkewajiban membantu kepala sekolah agar mencapai sekolah yang efektif. Pembinaan dan pengawasan kedua aspek tersebut hendaknya menjadi tugas pokok pengawas sekolah. Semua produk hukum itu mengarahkan bahwa kedudukan pengawas bukan hanya sebagai jabatan buangan dan pajangan di kantor dinas pendidikan, tetapi mempunyai fungsi penggerak kemajuan pendidikan di sekolah. Sebagaimana guru, pengawas juga harus memulai pekerjaan dengan perencanaan, pelaksanaan dan diakhir dengan pelaporan tertulis yang akan dibicara dalam bagiantersendiri. Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di negara kita Indonesia, sejak zaman penjajahan
Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di negara kita Indonesia, sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan sampai sekarang. Maka kewajiban dan tanggungjawab para pemimpin pendidikan pada umumnya dan kepala sekolah pada khususnya mengalami perkembangan dan perubahan pula. Adapun perubahan-perubahan tersebut dapat dibagi menjadi tiga aspek :
a.       Perubahan dalam tujuan
b.      Perubahan dan scope (luasnya tanggungjawab / kewajiban), dan
c.       Perubahan dalam sifatnya.
Ketiga aspek tersebut sangat berhubungan erat dan sukar untuk dipisahkan satu dengan lainnya. Adanya perubahan dalam tujuan pendidikan, mengubah pula scope atau luasnya tanggungjawab yang harus dipikul dan dilaksanakn oleh para pemimpin pendidikan. Hal ini merubah pula bagaimana sifat-sifat kepemimpinan yang harus dijalankan hingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tugas dan tanggungjawab kepala sekolah disamping mengatur jalannya sekolah, juga harus dapat bekerjasama dan berhubungan erat dengan Masyarakat. Ia berkewajiban membangkitkan semangat staf-staf guru dan pegawai sekolah untuk bekerja lebih baik, membangun dan memelihara kekeluargaan, kekompakan, dan kesatuan antara guru, pegawai dan murid. Selain itu juga mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana sekolah, dan tahu bagaimana menjalankannya, memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan guru-guru dan pegawai-pegawainya. Semua ini merupakan tugas kepala sekolah. Tugas seperti ini adalah merupakan bagian dari Supervisi / Kepengawasan yang menjadi tanggung jawab pemimpin pendidikan.
Belanda hingga zaman kemerdekaan sampai sekarang. Maka kewajiban dan tanggungjawab para pemimpin pendidikan pada umumnya dan kepala sekolah pada khususnya mengalami perkembangan dan perubahan pula. Adapun perubahan-perubahan tersebut dapat dibagi menjadi tiga aspek : Perubahan dalam tujuan, Perubahan dan scope (luasnya tanggungjawab / kewajiban) dan Perubahan dalam sifatnya. Ketiga aspek tersebut sangat berhubungan erat dan sukar untuk dipisahkan satu dengan lainnya. Adanya perubahan dalam tujuan pendidikan, mengubah pula scope atau luasnya tanggungjawab yang harus dipikul dan dilaksanakn oleh para pemimpin pendidikan. Hal ini merubah pula bagaimana sifat-sifat kepemimpinan yang harus dijalankan hingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[1]
A.    Latar Belakang Kultural
Pendidikan adalah bagian integral dari kebudayaan. Kebudayaan harus diartikan sebagai: 1) Suatu kompleks gagasan, ide, norma, dan peraturan yang berlaaku, 2) Suatu pola tingkah laku yang telah berakar mendalam dalam mayarakat, 3) Wujud benda-benda hasil karya manusia.
Kebudayaan diciptakan oleh akal budi manusia. Sekolah sebagai salah satu pusat kebudayaan bertugas untuk menyeleksi pengaruh factor-faktor yang mempengaruhi pribadi peserta didik. Secara positif sekolah bertugas untuk menghasilkan karya nyata, baik berupa gagasan, ide, pola tingkah laku, kebiasaan, berbudaya, yang baik maupun berbagai benda budaya.[2]
Sejak dini pengalaman belajar dan kegiatan belajar mengajar harus diangkat dari isi kebudayaan yang hidup dimasyarakat. Sekolah sebagai salah satu pusat kebudayaan yang bertugas untuk menyeleksi pengaruh factor-faktor yang mempengaruhi pribadi peserta didik. Perlunya supervise bagi yang bertugas adalah untuk mengembangkan potensi kkreativitas para peserta didik, untuk mengoordinasikan segala usaha dalam rangka mengembangkan budaya sekolah.
Sekolah bukan hanya tempat untuk mengisi pengetahuan saja, melainkan harus berfungsi sebagai laboratorium sosiologis dan pusat kebudyaan yang dapat mengembangkan ide, karya, dan potensi peserta didik.[3]


B.     Latar Belakang Filosofi
Berdasarkan pandangan dan penafsiran bahwa pengalaman adalah hasil interaksi antara organisme dan keadaan sekitar,sedangkan fungsi organisme itu sendiri,maupun pengalamn dapat di pengaruhi,maka hal itu berarti bahwa pada manusia ada potensi-potensi menghasilkan sesuatu pada setiap situasi. Nampak dengan jelas daya kreasi dan dinamika manusia,sehingga dengan demikians setiap pengalaman itu bersifat potensial kreatif,mau tidak mau dibutuhkan daya koordinasi dan penyusunan rencana-rencana untuk mengatur interaksi manusia. Disini nampak salah satu dasar pemikiran filosofis tentang perlunya supervise di dalam mengatur dan mengkoordinir pendidikan dan pengajaran.
System pendidikan yang berhasil dan berdaya guna adalah jika ia berakar mendalam pada nilai-nilai yang ada dalam pandangan hidup suatu bangsa. Di Indonesia terdapat system among yang dipelopori oleh Ki Hajar Dewantara melalui Taman Siswa. System ini mendasarkan pendidikannya pada filsafat dan budaya Nasional Ki Hajar Dewantara mendasarkan pendidikan  pada asas kodrat alam, kebebasan, kemanusiaan, kebudayaan dan kebangsaan. Suatu system pendidikan harus berakar pada system filsafat  dan nilai yang dijunjung tinggi oleh suatu bangsa.[4]

Di Zaman yunani kuno misalnya, orang dapat menghargai nilai pendidikan jasmani Semboyan mereka adalah “men sana incorpore”. Didalam tubuh yang sehat terdapaat  jiwa yang sehat. Yunani pada saat itu terdiri dari polis-polis yang saling berperang . agar suatu polis dapat menang, diperlukan warganegara yang kuat, sehat jasmani. Pendidikan di yunani mengutamakan orang sehat dan tubuh yang kuat. Di Eropa Barat pada zaman rasionalisme orang sangat mengutamakan berfikir yang rasional pendidikan Akal yang diutamakan. Hal ini tampak dalam pandangan filsafat dan etiknya. Dengan akal manusia dapat mencapai kebenaran.  Etiknya bahwa pengetahuan adalah kebajikan .
Suatu pandangan yang masih perlu dipertanyakan paragmatisme di Amerika seperti yang di kemukakan oleh William James dan diterpkan dalam system pendidikan oleh Jhon Dewey dengan sekolah kerjanya. Di Indonesia system  Among yang dipelopori oleh Ki Hajae Dewantara  melalui Taman siswa yang mendasarkan pendidikannya pada filsafat dan budaya nasional yang pada saat itu, mendasarkan pendidikan pada asas : Kodrat Alam, kebebasan, kemnusiaan, kebudayaan,  dan kebangsaan.
Suatu sisitem pendidikan harus berakar pada system filsafat dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa itu. Yang menjadi masalah adalah bagaimana menterjemahkan filsafat dan system nilai yang hidup ke dalam bahasa program pendidikan. bila kita mampu menterjemhkan dengan tepat pemikiran filsafat itu kedalam bahasa pendidikan, maka kita tidak menempuh kekeliruan dalam tindakan mendidik.
Pada tingkatan yang kecil adalah guru-guru di sekolah. Guru-guru perlu mendapat pembinaan dari para Pembina pendidikan yang disebut supervisor. Supervisor bertugas untuk membantu guru-guru dalam memberikan penjelasan menganai program-program operasional agar mudah dimengerti oleh guru-guru.[5]
C.    Latar Belakang Fsiologis
Seacara Psiologis supervise itu terletak berakar mendalam pada pengalaman manusia. Pengalaman diartikan sebagai kegiatan atau usaha mengembangkan arti dari pristiwa atau situasi, sehingga orang dapat, memiliki cara pemecahan suatu masalah baik sekarang maupun akan datang. Pengalaman merupakan usaha untuk tindakan selanjutnya . pengalaman harus dipelajari daan dialami sendiri. Pengalaman yang luas memungkinkan kita memperoleh pengertian yang mendalam tentang suatu masalah, sehingga memperbesar kemampuan untuk memperaktekkannya.
Salah satu pandangan psikologi modern didalam pendidikan ialah pentingnya dorongan-dorongan emosional bagi anak waktu belajar,baik secara konkrit maupun hanya merupakan lambing dalam kata-kata persetujuan misalnya senyum,memberi hormat,tertawa,memberi semangat baru.
Sifat dasar manusia adalah kemampuan untuk mencipta. Pendidikan  bertugas untuk member dorongan untuk mencipta dan membina kreatifitas. Kondisi kreatifitas itu tidak datang dengan sendirinya, tapi harus dilatih dan daiajarkan. Aristoteles mengatakan, To play the fluit you must play the fluit. Di sekolah dikemukakan bahwa kebanyakan kondisi yang mendorong dan menghambat kreatifitas bersumber pada kegiatan jiwa seperti pengamatan, persepsi, pertimbangan, perasaan.[6]
Pengalaman dapat diartikan sebagi kegiatan atau usaha mengembangkan arti dari pristiwa atau situasi sehingga orang dapat memiliki cara pemecahan suatu masalah baik sekarang maupun yang akan datang,. Pengalaman yang luas memungkinkan kita untuk memperoleh pengertian yang mendalam tentang suatu masalah sehingga memperbesar kemampuan untuk mempraktikkannya.
Dalam hal ini, pendidikan bertugas untuk memberikan dorongan untuk mencipta dan membina kreativitas. Berdasarkan pengamatan di lapangan, masalah yang timbul dalam proses pembelajaran di kelas, bukan berasal pada kurangnya pengetahuan tentang teknik mengajar, melainkan karena putusnya mata rantai yaitu hubungan-hubungan kemanusiaan yang terputus antara guru dan murid.

Oleh karena itu, secara psikologis situasi belajar mengajar yang baik adalah dengan membangkitkan dorongan emosional berupa lambing-lambang dalam bentuk kata persetujuan, sperti senyum, member hormat, dan tertawa. Dengan begitu, semangat baru dalam proses belajar mengajar di kelas akan muncul.
D.    Latar Belakang Sosial
Hidup dalam masyarakat demokratis ,berate tata kehidupan juga demokratis. Unsur-unsur demokratis itu menampakkan diri dalam seluruh tata kehidupan misalnya :
1. menghargai martabat manusia sebagai makhluk yang mempunyai individu yang unik.
2. tiap individu harus menghargai individu lain
3. menghargai cara berfikir orng lain walaupun bertentangan dengan pendapat sendiri.
4.  pengakuan kebebasan individu berarti mengakui bahawa diluar diri sendiri ada juga orang lain. Suepervisi itu bersunber pada dasar kehidupan social,dimana masyarakat demokratis,pemimpin juga demokratis.


Setiap tugas pemimpin sebagai supervisor berfungsi membantu, mendorong, dan menstimulasi tiap anggota untuk bekerja sama. Macknzie mengemukaan ada enam fungsi kepemimpinan sebagai supervisor yaitu sebabagi berikut:
a.       Setiap pemikiran yang diberikan oleh anggota kelompok harus dilihat sebagi sembangan bagi kelompok dan perlu diterima dengan sikap terbuka dan positif.
b.      Pemimpin harus memilki pemikiran yang mantap
c.       Pemimpin membantu dalam mengembangkan keterampilan dan melengkapi stafnya
d.      Pemimpin bertugas menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri dan menumbukan rasa aman pada diri orang lain.
e.       Pemimpin bertugas menentukan batas kebebasan (Autonomi) dan saling berinteraksi.
f.       Pemimpin harus berani menggunakan cara pendekatan yang bersifat mencoba.



Seorang supervise, dalam melakukan tanggung jawabnya, harus mampu mengembangkan potensi kreatifitas darin orang yang dibina melalui cara mengikutsertakan orang lain untuk berpartisifasi bersama, supervise harus bersumber pada kondisi masyarakat.[7]
Ada dua pokok yang dikemukakan adalah 1) apakah sekolah harus bercermin pada satu kekuatan social politik pada suatu Negara, atau sekolah harus bercermin pada kekuatan yang berkuasa dalam Negara itu, 2) mungkinkah sekolah dapat menerapkan cara bertindak dan bersikap demokratis di tengah-tengah masyarakat yang strata masyarakatnya feudal dan system pemerintahannya yang otokrasi atau masyarakat yang strata masyarakatnya mengalami pseudo demokratis.
Demokrasi mengakui ketermasing-masingan dan menjunjung tinggi kebersamaan. Unsure-unsur demokrtatis menampakkan diri dalam tat kehidupan sebagai berikut.
a.       Menghargai manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang patut dihargai dan dicintai
b.      Menghargai martabat sebagai makhluk yang memiliki keunikan pribadi
c.       Tiap individu harus menghargai individu yang lainnya
d.      Menghargai cara berfikir orang lain, walalupun bertentangan dengan pendapat diri sendiri
e.       Pengakuan kebebasan individu berarti mengalami bahwa diluar diri sendiri ada juga orang lain.
Cara bekerja yang bersifat positif secara bertanggung jawab merupakan suatu cara kerja yang unik. Dalam masyarakat demokrtis orang saling menghargai pendapat orang lain, saling menolong, saling memberi kebebasan kepada orang lain, sehingga tumbuh rasa bersama daan juga aman untuk berkarya. Dalam suasana rasa aman orang berfikir secara kreatif, bertanggung jawab. Dalam kaitannya dengan ini, setiap tugas pemimpin sebagai supervisor berfungsi membantu, mendorong, menstimulus tiap anggota untuk bekerja sama. Sejalan dengan jalan berfikir seperti yang diuraikan di muka. Mackenzie Sweringen mengmukakan 6 fungsi kepemimpinan sebagai supervisor sebagai berikut:
a.       Setiap pemikiran yang diberikan oleh anggota kelompok harus dilihat sebagai sumbangan bagi kelompok dan perlu diterima dengan sikaap terbuka dan positif
b.      Pemimpin harus memiliki pemikiran yang mantap
c.       Pemimpin membantu dalam mengembangkan keterampilan dan memperlengkapi stafnya
d.      Pemimpinj bertugas menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri dan menumbuhkan rasa aman  pada diri orang lain
e.       Pemimpin bertugas menentukan batas kebebasan dan saling berinteraksi
f.       Pemimpin harus berani menggunakan cara pendekatan yang bersifat mencoba
Maksudnya mampu menanggung resiko dari setiap langkah yang ditempuhnya. Seorang supervisor dalam melakukan tanggung jawabnya, ia harus mampu mengembangkan potensi kreatifitas dari orang yang dibina melalui cara mengikutsertakan orang pada kondisi masyarakat. Sebenarnya sekolah harus mampu mengubah masyarakat agar menjadi masyarakat yang demokrasi . dalam masyarakat demokrasi setiap orang berkesempatan dan kemampuan untuk menstimulasi usaha-usaha kreatifitas dan mengubah kearah perbaikan. Bekerja dengan komitmen yang tinggi terhadap usaha bersama. Di sinilah letaknya fungsi supervise pendidikan.[8]
E.     Latar Belakang Sosiologis
Masyarakat ini selalu berubah. Setiap perubahan punya pengaruh terhadap tindakan dan pola tingkah laku seseorang. Dalam era golbalisasi ini telah terjadi pergeseran tat nilai. Salah satu nilai yang berpengaruh terhadap pendidikan masa kini adalah nilai jual.[9]
 Pada era globalisasi ini telah terjadi pergeseran tata nilai. Dahulu orang mengukur nilai suatu pendidikan dari nilai moral, akhlak mulia dan berbudi luhur. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, alat ukur suatu pendidikan adalah nilai ekonomis yaitu uang. Siapa yang memilki uang yang banyak akan mampu menyekolahkan anaknya di sekolah unggul. Dengan demikian, sekolah bukan lagi membentukseorang manusia, melainkan membentuk sebuah manusia.
Perubahan masyarakat secara sosiologis menimbulkan dampak terhadap tat nilai. Oleh karena itu, untuk menghadapi perubahan yang seperti ini, guru sebagai tenaga pendidik memerlukan supervisor untuk bertukar ide dan pengalamn  tentang mana yang terbaik dalam menghadapi perubahan tata nilai yang serba meragukan.
F.     Latar Belakang Pertumbuhan Jabatan
Pembaharuan selalu menimbulkan banyak problema. Problema yang dihadapi oleh sponsor-sponsor pembaharuan ialah bagaimana membantu pertumbuhan jabatan guru. Membantu pertumbuhan jabatan guru merupakan suatubtugas supervisor yang penting. Guru-guru memerlukan pangetahuan dalam dalam memganalisa situasi belajar,menerapakn prinsip-prinsip psikologi modern dalam pembelajaran, pengetahuan dasar research, pengetahuan tentang cara-cara kerjasama. Dengan kata lain mereka membuuhkan pertumbuhan dalam jabatan mereka
Dalam hal pendidikan Guru harus tumbuh dan berkembang dalam jabatannya yaitu dengan caraharus selalu tampak bugar dalam penampilannya, gemar membaca, terbuka untuk menerima ide-ide baru inovasi dan sadar akan tanggung jawab profesionalnya. Menurut Sahertian, ada bebrapa usaha dalam membantub pertumbuhan dan pengembangan profesi, antara lain sebagai berikut:
a.       Selalu belajar dan mengembangkan dorongan ingin tahu
b.      Selalu ada kesediaan untuk memproleh pengetahuan dan informasi yang baru
c.       Selalu peka dan peduli terhadap tuntutan kemanusiaan dan kepekaan social sehingga dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar.
d.      Menumbuhkan minat dan gairah terhadap tugas mengajar, karena tugas mengajar sudah menyatu dengan kehidupannya.
Dalam hal ini tugas supervise pendidikan adalah untuk merawat, memelihara dan menstimulasi pertumbuhan jabatan guru. Dengan begitu, diharapkan guru semakin menjadi professional dalam mengemban amanat jabatannya dan dapat meningkatkan posisi tawar guru dimasyarakat dan pemerintah,  bahwa guru punya peranan utama dalam pembentukan harkat dan martabat manusia. [10]
Guru adalah penceramah zaman. Guru sehaarusnya punya visi masa depan. Ketajaman visi mendorong guru –guru mampu mengembangkan misinya. Untuk dapat mewujudkan misi guru harus belajar terus menjadi guru yang professional. Guru yang professional memilki kualifikasi sebagai berikut:
a.       Ia ahli (expert) dalam bidang yang diajarkan
b.      Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
c.       Memilki rasa kesejawatan dank ode etik serta memandang tugasnya sebagi suatu karier hidup
Bagaimana membantu guru agar dapat bertumbuh dalam jabatnnya? Seorang guru harus tampak bugar (fitmess) dalam penampilannya. Ia seorang yang gemar membaca, suka belajar secara terus-menerus, terbuka untuk menerima ide-ide baru inovasi dan sadar akan tanggung jawab profesionalnya. Tugas pelayanan telah menyatau dengan dirinya, sehingga belajar mengajar dan medidik itu telah menjadi karier hidup (life Karier).

Beberapa usaha dalam membantu mengembangkan dan pertumbuhan profesi sebagai berikut:
a.       Selalu belajar dan mengembangkan dorongan ingin tahu
b.      Selalu ada kesdiaan untuk memproleh pengetahuan dan informasi yang baru
c.       Selalu peka dan peduli terhadap tuntutan kemnusiaan dan kepekaan social, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya
d.      Menumbuhkan minat dan gairah dalam tugas mengajar, karena tugas mengajar sudah menyatu dalam hidupnya.
Semua yang tersebut diatas hanyalah merupakan harapan, karena kondisi obyektif, banyak guru yang mengalami kelumpuhan psikologis dalam melakukan tugasnya sehari-hari. Dalam hal ini di sebabkan image masyarakat terhadap guru telah berubah. Dan kondisi social ekonomisnya guru belum dapat memnuhi harapan guru yang sesungguhnya.[11]



BAB II
KONSEP DASAR SUPERVISI PENDIDIKAN
A.    Pengertian Supervisi Pendidikan
Administrasi dan supervissi merupakan alat penunjang untuk mencapai tujuan pendidikan. demikian juga halnya tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai bila di dalamnya ada kegiatan administrasi dan supervise secara sistematis dan kontinu.
Kata supervisi berasal dari bahasa Inggris yang merupakan bentuk transliterasi dari kata Supervision, yang artinya “pengawasan”. Supervisi merupakan gabungan dari kata super artinya luar biasa, istimewa, atau lebih dari yang lain, sedangkan visi artinya kemampuan untuk melihat persoalan jauh ke depan. Dengan demikian, supervisi adalah suatu pandangan yang luar biasa yang melihat permasalahan jauh melampaui batas waktu sekarang tetapi yang akan datang.
Supervisi menurut bahasa berarti Supervision (inggris) : Super artinya atas dan vision  artinya visi, Jadi supervisi artinya : lihat dari atas Sedangkan menurut Boardman supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu[12] pertumbuhan guru – guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam  mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Sedangkan menurut brutin dan brucner supervise pendidikan adalah suatu tehnik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama – sama factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Supervisi merupakan aktivitas menentukan kondisi / syareat yang esensial, yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Orientasi supervisi dapat dikatakan sebagai proses pembantuan. Dengan kata lain, pembatuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Supervisi tertuju pada perkembangan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini supervisi dapat dilakukan melalui dorongan, bimbingan dan pemberian kesempatan.
Dengan kata lain, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Meskipun tujuan akhir dari pemberian supervisi adalah tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan adalah bantuan kepada guru. Karena guru adalah pelaksana pendidikan. supervisi  pendidikan terdiri atas dua bagian. Pertama, supervisi tidak langsung atau supervisi makro atau supervisi pengajaran. Kedua supervisi yang bersifat langsung atau supervisi mikro yang sekarang dikenal dengan supervisi klinis. Supervisi makro adalah supervisi pengajaran, yang merupakan rangkaian kegiatan pengawasan pendidikan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi, baik personil maupun  material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru.
Dari segi etimologi supervise diambil dari kata super artinya mempunyai kelebihan tertentu, seperti kelebihan dalam kedudukan, pangkat dan kualitas dan visi artinya melihat atau mengawasi. Karena itu, supervise dapat diartikan sebagai kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh seorang pejabat terhadap bawahannya untuk melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik, sesuai dengan pertelean tugas yang telah  digariskan.[13] 
Konsep dasar supervise adalah sebagai pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari dan menemukan kesalahan untuk kemudiaan diperbaiki. Namun, konsep tersebut menyebabkan guru-guru bekerja dengan tidak baik karena takut dipersalahkan. Konsep supervise disebut  Snooper Vision.
Supervise adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan, metode, dan evaluasi pengajaran.[14]
Ada bermacam-macam konsep supervisi. Secara historis mula-mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi yang tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas mematai-matai untuk menemukan kesalahan. Konsep ini menyebabkan guru-guru menjadi takut dan mereka bekerja dengan tidak baik karena takut dipersalahkan, kemudian berkembang supervisi yang bersifat ilmiah, ialah :
a.             Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinu
b.            Obyektif dalam pengertian ada data yang didapat berdasarkan observasi nyata bukan berdasarkan tafsiran pribadi
c.                            Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran dikelas.

Ada beberapa pendapat para ahli dalam memberikan definisi supervise adalah sebagai berikut:
a.       Menurut Boardman
Supervise merupakan suatu usaha menstimulasi, mengoordinasi, dan membimbing secara kontinupertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun kolktif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan selalu fungsi pengajaran.
b.      Menurut Mc. Nerney
Supervise merupakan sebagai suatu prosedur member arah dan mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.
c.       Menurut Thomas H. Briggs dan Josep Jusman
Supervise merupakan sebagai usaha yang sistematis dan terus menerus untuk mendorong dan mengarahkan pertumbuhan diri guru yang berkembang secara lebih efektif dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan dengan murid-muridnya dibawah tanggung jawabnya.
d.      Menurut Kimball Wiles
Supervise merupakan bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik.[15]
Supervisi pendidikan adalah alat penunjang untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut arti katanya, supervisi mempunyai pengertian yang luas yaitu beberapa defisi tentang supervisi adalah sebagai berikut:
a.       Menurut Kimball Wiles, menyatakan bahwa: supervisi merupakan kegiatan untuk membantu tugasnya secara baik.
b.      Dalam buku II D kurikulum 1975 dinyatakan bahwa: supervisi merupakan pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah, agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.[16]
c.        Menurut P. Adams dan Fran G.Dicky  bahwa supervise merupakan suatu program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.
d.      Menurut Alexander dan Tylor. Supervise adalah suatu program inservice education dan usaha memperkembangkan kelompok (group) secara bersama[17]
e.       Adams dan Dickley dalam bukunya Basic Principle of Supervision, mendefinisikan supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Program itu pada hakikatnya adalah perbaikan hal belajar mengajar.
f.       Dalam Dictionary of Education Good Carter memberi pengertian bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
g.      Ada yang melihat supervisi pendidikan dari pandangan yang demokratis, seperti yang dikemukakan oleh Boardman dalam bukunya Democratic Supervision in Secondary School bahwa supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinu serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.
h.      Namun ada yang berpendapat supervisi dilihat sebagai prosedur penilaian seperti yang dikemukan oleh Mc Nerney supervisi adalah suatu prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran
i.        Menurut Burton dan Bruckner supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang bertujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan guru
B.     Tujuan Supervisi Pendidikan
Seperti telah dijelaskan, kata kunci dari supervise adalah memberikan layanan dan bantuan  kepada guru-guru, maka tujuan supervise adalah memberikan layanan dan bantun untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru dikelas. Pendapat ini sesuai dengan apa yang kemukakan Olive bahwa sasaran supervise pendidikan adalah sebagai berikut:
a.       Mengembangkan kurikulum yang sedanag dilaksanakn di sekolah
b.      Meningkatkan proses belajar-mengajar di sekolah
c.       Mengembangkan seluruh staf di sekolah[18]
Hasbullah mengemukakan dalam buku Dasara-dasar & Teknik menjadi Supervisor bahwa, supervise memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut: a) sebagai arah pendidikan. b) tujuan sebagai titik akhir. c) tujuan sebagain titik pangkal mencapai tujuan lain.
Supervise pendidikan secara umum bertujuan untuk mengontrol dan menilai komponen-komponen  yang terkait dalam dunia pendidikan.” Dalam rangka pelaksanaan supervise pendidikan, maka supervise memiliki berbagai tujuan yang dirumuskan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
a.        Menurut Bafadal mengungkapkan bahwa tujuan supervise pendidikan adalah untuk membantu Guru mengembangkan kemampuannya, mencapai tujuan  pengajar yang direncanakan bagi murid-muridnya.[19]
b.        Menurut Subari  mengungkapkan bahwa tujuan atau tugas pokok supervisor adalah menolong guru agar mampu melihat persoalan yang dihadapi, diungkpakan bahwa tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.
c.         Menurut purwanto mengungkapkan bahwa tujuan supervise itu sendiri adalah  pertama Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah lainnya dalam menjalankan tugas masing-masing dengan sebaik-baiknya. Kedua Berusaha mengadakan dan melengkapi semua alat-alat perlengkapan termasuk macam-macam media intruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar-mengajar yang baik bersama guru berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode yang baru dalam proses belajar mengajar yang baik. Ketiga Membina kerja sama yang baik dan harmonis antara guru, murid dan pegawai sekolah lainnya. Keempat Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah. [20]

d.        Menurut Soetopo menyebutkan bahwa tujuan pengawasan (supervisi) adalah: pertama  Agar pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan, prosedur serta perintah yang ditetapkan. Kedua Agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ketiga Agar sarana prasarana yang ada dapat digunakan secara efektif dan efesien. Keempat Agar diketahui kelemahan dan kesulitan organisasi kemudahan dicari jaln perbaikan[21]


e.        Menurut Gunawan mengemukakan bahwa tujuan dari supervise itu adalah sebagai berikut: a) membina guru untuk lebih memahami tujuan umum pendidikan, b) membina guru-guru guna mengatasi  problem-problem siswa demi kemajuan prestasi belajarnya, c) membina guru-guru dapat mempersiapkan siswanya untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif, kreatif, etis dan religious, d) membina guru-guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang demokratis, kooperatif dan kegontoroyongan, e) membina guru-guru meningkatkan kemampuan mengevaluasi, mendiagnosis kesulitan belajar dan seterusnya, f) memperbesar ambisi guru-guru dan karyawan dalam meningkatkan mutu profesinya, g) membina guru-guru dan karyawan pendidikan terhadap tuntutan serta kritik-kritik sikap dan ketemansejawatan dari seluruh tenaga pendidikan.[22]

Adapun tujuan supervise yang secara umum adalah sebagai berikut:
 Pertama . untuk Meningkatkan mutu kinerja guru membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Membentuk kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat dan saling menghargai satu dengan yang lainnya. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa Meningkatkan kulaitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran. Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.  Kedua. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik.  Ketiga.. Meningkatkan keefektifan dan keefesienan sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa.  Keempat.  Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasu belajar sebagaim,ana yang diharapkan.  Kelima. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
Berdasarkan beberapa kajian terhadap pengertian supervise maka supervise sesuai dengan tujuannya dibedakan menjadi dua yaitu: 1) supervise manajerial, yang bertujuan untuk member bantuan kepada kepala sekolah dan staf agar lebih meningkatkan kinerjanya dalam mengelola sekolah. 2) supervise akademis, yang bertujuan untuk mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam kegiatan pembelajaran, melalui pembeinaan dan peningkatan profesi mengajar.[23]
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apabila supervise ini dilaksanakan dengan baik, peningkatan kinerja semua komponen pendidikan akan menjadi baik, dan peran Guru sebagai pengajar/tenaga pendidikpun akan semakin meningkat, dengan demikian supervise sangat penting untuk meningkatkan sumber daya manusia yang dikembangkan secara terus menerus agar berkualitas. 
C.    Prinsip Supervisi Pendidikan
 Menurut Soetopo, ada 7 prinsip-prinsip supervise secara umum yaitu sebagai berikut:
a.       Prinsip organisasional
Merupakan pengawasan dapat dilakukan dalam kerangka struktur organisasi yang melingkupinya.[24]
b.      Prinsip perbaikan
Artinya pengawasan berusaha mengetahui kelemahan atau kekurangan, kemudian dicari jalan pemecahan agar manajemen dapat berjalan sesuai dengan standard an organisasi dapat mencapai tujuan
c.       Prinsip komunikasi
Artinya pengawasan dilakukan untuk membina system kerja sama antara atasan dan bawahan, membina hubungan baik antara atasan dan bawahan dalam proses pelaksanaan pengelolaan organisasi.
d.      Prinsip pencegahan
Artinya pengawasan dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam mengelola komponen-komponen organisasi
e.       Prinsip pengendalian
Artinya pengawasan dilakukan agar semua proses manajemen berada pada rel yang telah digariskan sebelumnya.
f.       Prinsip objektif
Artinya pengawasan dilakukan berdasarkan data nyata di lapangan tanpa menggunakan penilaian dan penafsiran subjektif pengawas.
g.      Prinsip kontinuitas
Artinya pengawasan dilakukan secara terus menerus, baik selama berlangsung proses pelaksanaan maupun setelah pelaksaan kerja.[25]
Menurut Bafadal secara lebih khusus, menyebutkan prinsip-prinsip supervise pendidiksn/pengajaran sebagai berikut:(a) Supervise pengajaran harus mampu mencipatakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. (b) Supervise harus dilakukan secara berkesinambungan. (c) Supervise pengajaran harus demokratis. (d) Supervise pengajaran harus komparatif. (e) Supervise pengajaran harus konstruktif. (f) Supervise pengajaran harus objektif.[26]


D.    Fungsi Supervisi Pendidikan
Huse mengatakan supervise hanya sebagai satu fungsi yaitu fungsi manajemen, ialah pengarahan yang terdiri dari inisiatif dan kepemimpian, pengaturan, dan bimbingan, pemberian motivasi dan pengawasan.
Fungsi supervise dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu : a) fungsi utama adalah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dan usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa. b) fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutat masyarakat serta memperlopori kemajuan masyarakat.[27]
Beberapa fungsi supervise juga disebutkan yaitu sebagai berikut: Secara umum fungsi supervisi adalah perbaikan pengajaran. Berikut ini berbagai pendapat para ahli tentang fungsi supervisi, di antaranya adalah:
a.       Ayer, Fred E
Menganggap bahwa fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.



b.      Franseth Jane
Menyatakan bahwa fungsi supervisi memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kualitas kehidupan akan diperbaiki.
c.       W.H. Burton dan Leo J. Bruckner
Menjelaskan bahwa fungsi utama dari supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar.
d.      Kimball Wiles
Mengatakan bahwa fungsi supervisi ialah memperbaiki situasi belajar anak-anak.
 Usaha perbaikan merupakan proses yang kontinyu sesuai dengan perubahan masyarakat. Masyarakat selalu mengalami perubahan. Perubahan masyarakat membawa pula konsekuensi dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Suatu penemuan baru mengakibatkan timbulnya dimensi-dimensi dan persepektif baru dalam bidang ilmu penegetahuan.
Makin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa kunci supervisi bukan hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan supervisi yang diberikan kepada guru-guru, menurut T.H. Briggs juga merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru.
 Dalam suatu analisa fungsi supervisi yang diberikan oleh swearingen, terdapat 8 fungsi supervisi, yakni:
a.       Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah.
Koordinasi yang baik diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk mengikuti perkembangan sekolah yang makin bertambah luas dan usaha-usaha sekolah yang makin menyebar, diantaranya: Usaha tiap guru, Usaha-usaha sekolah dan Usaha-usaha pertumbuhan jabatan.
b.      Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah
Yakni, melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan dan kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah.
c.       Memperluas Pengalaman.
Yakni, memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota staff sekolah, sehingga selalu   anggota staff makin hari makin bertambah pengalaman dalam hal mengajarnya.
d.      Menstimulasi Usaha-Usaha yang Kreatif.
Yakni, kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-anak, orang yang dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri.
e.       Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinyu.
Penilaian terhadap setiap usaha dan program sekolah misalnya, memiliki bahan-bahan pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara mengajar, kemajuan murid-muridnya harus bersifat menyeluruh dan kontinyu.
f.        Menganalisa Situasi Belajar
Situasi belajar merupakan situasi dimana semua faktor yang memberi kemungkinan bagi guru dalam memberi pengalaman belajar kepada murid untuk mencapai tujuan pendidikan. Memberi Pengetahuan dan Ketrampilan pada Setiap Anggota Staf.
g.      Supervisi berfungsi memberi stimulus dan membantu guru agar mereka memperkembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam belajar. Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan.
h.      Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu, maupun kelompok agar sadar akan nilai-nilai yang akan dicapai itu, memungkinkan penyadaran akan kemampuan diri sendiri.
Fungsi supervior (pengawas) oleh karenanya menjadi penting, sebagaimana tertuang dalam Kepmen PAN Nomor 118/1996 yang menyebutkan bahwa pengawas diberikan tanggung jawab dan wewenag penuh untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan, penilaian dan pembinaan teknis serta administratif pada satuan pendidikan..
Berdasarkan pedoman supervise yang tertera dalam kurikulum 1975, maka fungsi supervise adalah sebagai berikut: a) mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum dengan segala sarana dan prasarana, b) membantu serta membina guru/kepala sekolah dengan cara memberikan petunjuk, penerangan dan pelatihan agar mereka dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan mengajarnya, c) membantu kepala sekolah /guru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Dari uraian diatas tentaang supervise yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa supervise mempunyai beberapa fungsi, yang antara satu dan lainnya saling berkaitan. Beberapa fungsi yaitu:
a.       Fungsi pelayanan
Yaitu kegiatan pelayanan untuk meningkatkan profesionalnya
b.      Fungsi penelitian
Yaitu untuk memproleh data yang objektif dan releven , misalnya untuk menemukan hambatan belajar
c.       Fungsi kepemimpinan
Yaitu usaha untuk memproleh orang lain agar yang disupervisi dapat merencanakan sendiri masalah yang sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya.
d.      Fungsi manajemen.
Yaitu supervise dilakukan sebagai control atau pengarahan atau pengarahan sebagai aspek dari manajemen
e.       Fungsi evaluasi.
Yaitu supervise dilakukan untuk mengevaluasi hasil atau kemajuan yang diproleh.
f.       Fungsi supervise
Yaitu sebagai bimbingan
g.      Fungsi supervise
Yaitu sebagai pendidikan dalam jabatan, khususnya bagi guru muda atau siswa sekolah pendidikan guru.[28]
E.     Peran Supervisi Pendidikan
Kegiatan utama pendidikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.
Maka peranan supervisor adalah memberi dukungan (support), membantu (assisting), dan mengikut sertakan (shearing). Selain itu peranan seorang supervisor adalah menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab. Suasana yang demikian hanya dapat terjadi apabila kepemimpinan dari supervisor itu bercorak demokratis bukan otokraris. Kebanyakan guru seolah-olah mengalami kelumpuhan tanpa inisiatif dan daya kreatif karena supervisor dalam meletakkan interaksi bersifat mematikan.
Mengenai peranan supervise dapat dikemukakan berbagai pendapat para ahli. Seorang supervisor dapar berperan sebagai:
a.       Sebagai Koordinator
Merupakan yang dapat mengkoordinasi program belajar mengajar, tugas-tugas dan anggota staf berbagai kegiatan yang berbeda-beda di antara guru-guru.
b.      Sebagai konsultan
Merupakan yang dapat memberi bantuan, bersama mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik secara individual maupun secara berkelompok.
c.       Sebagai pemimpin
Merupakan yang dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan professional guru-guru secara bersama-sama.
d.      Sebagai evaluator
Merupakan yang dapat membantu guru dalam menilai hasil dan proses belajar, dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan.[29]
F.     Objek Supervisi Pendidikan
Obyek dan program yang dilakukan oleh supervisor dalam kegiatan supervisi pendidikan antara lain :
a)  Mengorganisasi dan membina guru-guru.
Menorganisasi guru ialah memadukan semangat bekerja para guru menjadi satu kesatuan kekuatan yang dinamis dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari disekolah. Pertentangan individu dan pertentangan antar kelompok diusahakan agar tidak ada persaingan-persaingan yang tidak sehat dihilangkan, kegotongan dan semangat juang yang tangguh. Sedangkan yang dimaksud dengan membina gur-guru adalah mengembangkan prestsi termaduk kepribadian mereka sebagai guru. Untuk mencapai tujuan mengorganisasi dan membina para guru dikembangkan program-program sebagai berikut : Memotifasi dan meningkatkan semangat bekerja para guru, Menegakkan disiplin dengan sanksi-sanksinya, Memberikan konsultasi, diskusi, dan membantu pecahan masalah, Menjadi contoh berperilakuterhadap personalia sekolah pada umumnya dan terhadap para guru khususnya, Ikut mengusahakan intensitas bagi para guru bersama kepala sekolah, Mengembangkan atau membina profesi para guru.
b)  Mempertahankan dan mengembangkan kurikulum
yang berlaku.
Pengertian umum tentang kurikulum ialah segala aktivitas para siswa dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan diri dalam jam-jam pelajaran sekolah dibawaah asuhan guru. Aktivitas-aktivitas para siswa ini melibatkan materi pelajaran, alat-alat belajar, cara-cara belajar, cara-cara membimbing para sisiwa belajar, situasi belajar, suasana lingkungan belajar, evaluasi proses belajar, dan hasil belajar para siswa. Kurikulum itu mudah berubah, mengadakan perubahan kurikulum secara mendasar bukanlah wewenang sekolah dengan supervisornya melainkan wewenag pemerintah. Tetapi perubahan kurikulum yang sifatnya meningkatkan efektivitas dan efesiensi serta menyesuaikan dengan kebutuhan / keadaan daerah memang kewajiban sekolah dengan supervisornya.
Objek kajian supervise adalah perbaikan situasi belajar mengajar dalam arti luas. Olivia dalam bukunya  supervision for Todays Schools menggunakan istikah Domain. Ia mengemukakan sasaran supervise pendidikan meliputi tiga domain adalah sebagai berikut: a) Memperbaiki pengajaran, b) Penembangan kurikulum dan c) Pengembangan staf.
Melihat objek supervise di masa akan datang mencakup, pembinaan kurikulum, perbaikan proses pembelajaran, pengembangan staf, pemeliharaan dan perawatan moral serta semangat kerja guru-guru.
a.       Pembinaan kurikulum
Bahwa pembaruan kurikulum sejar tahun 1975, kurikulum 1984, yang disebut kurikulum yang disempurnakan dan kurikulum 1994, yang dikeluarkan dari Dipdekbud di Jakarta lengkap dengan pedoman pelaksanaannya.[30]
b.      Perbaikan proses pembelajaran
Sasaran kedua adalah memperbaiki proses pembelajaran. Yang dimaksudkan dengan proses pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa[31]
c.       Pengembangan sumber daya guru dan staf sekolah
Maerupakan perlu adanya supervise bahwa guru-guru perlu bertumbuh dalam jabatan , maka setiap guru harus berusaha untuk mengembangkan dirinya.[32]












BAB III
MODEL PENDIDIKAN & TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN
A.    Pengembangan Model Supervisi Pendidikan
Pengembangan model supervisi pendidikan mencakup : Model Konvensional, model ilmiah dan model artistic.[33]
a.       Model supervise yang Konvensional (Tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feudal, akan berpebgarus pada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif.[34] Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supevisi ialah mengsdakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini oleh Oliva P.F, disebut snoopervision (memata-matai). Sering disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah untuk mengkoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi unuk melihat segi-segi positif hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan dalam membimbing sanga bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan.
b.      Model supervise yang bersifat Ilmiah
Supervise yang bersifat lemah memilki cirri-ciri sebagai berikut: 1) Dilaksanakan secara berencana dan kontinu, 2) Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, 3) menggunakan instrument pengumpulan data, 4) ada data yanag objektif yang diproleh dari kedaan yang riil.[35]  Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau check list para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada gury-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada cawu atau semester yang lalu. Data ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.

c.       Model supervise klinis
Merupakan bentuk supervise yang difokuskan pada peningkatan pengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensip dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Menurut Williem mengemukakan bahwa supervise klinis merupakan proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkaah laku mengajar yang ideal.[36]
d.      Model Supervisi Artistik
Dalam bukunya  Supervision of Teaching, Sergivanni Th,J. menyamakan beberapa cirri yang khas tentang model supervise yang artistic antara lain: supervise artistic memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarakan dari pada banyak berbicara, supervise artistic memrlukan tingkat pengetahuan yang cukup/keahlian khusus  untuk memahami apa yang dibutuhkan oleh seseorang yang sesyuai dengan harapannya, supervise artistic sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda, model artistic terhadap supervise memerlukan laporan yang ,menunjukkan bahwa dialog antara supervisor yang supervise dilaksanakan atasb dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.[37]
B.     Pendekatan Model Supervisi Pendidikan
Pendekatan berasal dari kata approad adalah cara mendekatkan diri kepada objek atau langkah-langkah menuju objek. Sudjana (membagi pendekatan supervisi menjadi dua, yaitu: pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa, media elekronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan itu.  
Pendekatan yang diguhakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru..
Ada beberapa pendekatan  dalam supervise penddikan. Pertama, pendekatan ilmiyah yang merupakan warisan era  kejayaan gerakan manajemen ilmiyah. Kedua, pendekatan artistic yang merupakan wujud jawaban atas ketidakpuasan terhadap pendekatan ilmiyah diatas. Ketiga, pendekatan klinik yang diangkat model hubungan dokter pasien, sehingga didalamnya terdapat diagnosis terapi dalam melaksanakan supervise pendidikan.[38]
Secara teoretis, terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan supervisor dalam melaksanakan atau melakukan supervise pendidikan sebagai berikut:
a.       Pendekatan langsung (Direct Approach)
Merupakan cara pendekatan terhadap permasalahan yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis behauioristis. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/ stimulus. Oleh karena guru memiliki kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi lebih baik. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan
dengan perilaku supervisor seperti berikut ini: Menjelaskan,  Menyajikan, Mengarahkan, Memberi contoh, Menerapkan tolok ukur dan Menguatkan.[39]
b.      Pendekatan tidak langsung (Non-Direct Approach)
Merupakan cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru.Untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami apa yang dialami. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut: Mendengarkan, Memberi penguatan,  Menjelaskan, Menyajikan dan Memecahkan masalah.[40]
c.       Pendekatan kolaburatif (Colaburatif Approach)
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah; dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut: Menyajikan, Menjelaskan, Mendengarkan, Memecahkan masalah dan Negosiasi. Kolaburatif Merupakan cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dengan Non-dierektif menjadi pendekatan baru.[41]
Dalam beberapa referensi supervise pendidikan dikenal beberpa model supervise yang dikembangkan dan yang selama telah diterapkan dalam dunia pendidikan yaitu menurut Sahertian sebagai berikut:
a.       Model Konvensional  (Tradisional)
Merupakan model yang diterpakan pada wilayah yang trdisi dan cultural masyarakatnya otoriter dan feudal.[42]
b.      Model Supervisi Artistik merupakan suatu pengetahuan (Knowledge).[43]
c.       Model supervise Ilmiah
Merupakan suatu model dalam supervise yang digunakan untuk menjaring informasi atau data dan menilai kinerja kepala sekolah dan guru dengan cara menyebarkan angket.[44]
Guru meningkatkan dan mengupayakan perbaikan pembelajaran, maka seorang supervisor yang menggunakan pendekatan ilmiah dapat melaksanakan tiga hal, yaitu: a) mengimplementasikan  hasil temuan para peneliti, b) bersama-sama dengan peneliti mengadakan penelitian di bidang pembelajaran dan hal yang bersangkutan paut dengannya, c) menerapkan metode ilmiah dan meempunyai ilmiah dalam menentukan efektivitas pembelajaran.[45]
d.      Model Supervisi Klinis
Merupakan model yang digunakan untuk mengembangkan performa guru dikelas.[46] Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. R. Willem dalam Archeson dan Gall Sulo. K.A. Archeson dan M.D. Gall Sulo, mengemukakan bahwa  supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses pembimbing dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru. Ungkapan supervisi klinis (Clinical supervision) sebenarnya digunakan oleh Morries Cogan, Robber Education. Tekanan dalam pendekatan di Havard School of  bersifat khusus melalui tatap muka dengan guru pengajar. Inti bantuan terpusat pada perbaikan penampilan dan perilaku mengajar guru .



C.     Teknik Supervisi Pendidikan
Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh supervisor untuk menyelesaikan tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah manajeral dengan sasaran kepala sekolah dalama mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah lain yang behubungan, serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan dan masalah akademik dengan sasaran para guru kelas atau mata pelajaran untuk memperbaiki proses pembelajaran dikelas, dilaboratorium untuk memperbaiki pencapaian hasil belajar peserta didik.
 Metode dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh oleh pengawas pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh sistem perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri, sedangkan teknik adalah langkah-langkah kongkrit yang dilaksankan oleh seorang supervisor, dan teknik yang dilaksanakan dalam supervisi dapat ditempuh melalui berbagai cara, yakni pada prinsifnya berusaha merumuskan harapan-harapan menjadi sebuah kenyataan.
 Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru- guru dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.[47]
Dalam supervisi dikenal dengan dua teknik besar, yakni teknik individual dan teknik kelompok. Teknik individual antara lain berupa :
a.       kunjungan dan observasi kelas
b.       individual conference
c.       kunjungan antar guru-guru
d.      evaluasi diri
e.       supervisory buletin
f.       profesional reading
g.      profesional writing,
Sedankan teknik kelompok antara lain :
a)      rapat staf sekolah
b)      orientasi guru baru
c)      curriculum laboratory
d)     panitia
e)      perpustakaan profesional
f)       demonstrasi mengajar
g)      lokakarya
h)      field trips for staff personnels
i)        pannel or forum discussion
j)         in service training dan
k)       organisasi profesional.
 Pada teknik individual seperti dengan melakukan kunjungan dan observasi kelas, pada beberapa pendapat sering dipandang sbagai salah satu kegiatan yang menyebabkan prediksi yang berbeda terutama di kalangan guru serta kepala sekolah yang diamati oleh pengawas satuan pendidikan, walaupun pada prinsipnya kunjungan kelas merupakan perekaman informasi akurat yang datang secara langsung dari sumber belajar seperti guru dan peserta didik.
Pada sisi lain juga harus dikembangkan dalam kunjungan kelas atau observasi adalah menghilangkan adanya kesan atasan dan bawahan, sebab kesan ini akan menimbulkan kesan negatif baik bagi yang melaksanakan observasi ataupun yang diobservasi itu sendiri, akan tetapi hubungan yang harus dikembangkan adalah atas dasar kerjasama dan profesionalisme antara guru, kepala sekolah dan supevisor itu sendiri.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa observasi kelas hendaknya dilakukan dengan memakai instrumen yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak dengan sebelumnya melakukan pertemuan pribadi atau paling tidak diberitahukan terlebih dahulu kisi-kisi yang akan diujikan di lapangan oleh supervisor.
Hariwung  menyebutkan bahwa tujuan yang dikehendaki dalam observasi kelas antara lain adalah untuk:
a.       Mempelajari material yang dipelajari oleh siswa, validitasnya terhadap tujuan pendidikan, faedah, minat, serta nilainya untuk siswa.
b.      Mempelajari usaha-usaha guru untuk mendorong dan menuntun siswa untuk belajar, prinsip-prinsip yang dipergunakan dan aplikasinya dalam materi umum dan materi khusus bagi siswa dalam belajar
c.       Mempelajari usaha-usaha yang dipergunakan dalam menemukan, mendiagnosa, serta memperbaiki kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa [48]
d.      Mempelajari usaha-usaha yang dipakai untuk menilai hasil belajar, sifat dan alat metode pengukuran serta hubungannya dengan tujuan dari situasi belajar-mengajar, namun bukan mencatat kesalahan-kesalahan guru-guru guna tujuan-tujuan lain.
Dalam tataran teoritik, observasi kelas sudah lama diperkenalkan di kalangan pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Charles W Boardman bahwa kunjungan kelas memiliki kemampuan sangat besar dan dapat menunjang perbaikan-perbaikan pembelajaran secara langsung, bahkan dapat diamati pula jika kedapatan metode serta proses pembelajaran yang kurang memadai dilakukan oleh seorang guru, maka hal ini akan diperbaiki secara langsung tentunya mempergunakan prosedur perbaikan pembelajaran secara proporsional dan profesional.
Walaupun pada tataran praktik, metode kunjungan kelas atau observasi kelajiman guru memiliki prediksi dan penilaian yang kurang baik, bahkan tidak sedikit guru yang memberikan permusuhan, terlebih dengan perilaku observer yang kurang menghargai, walaupun sebenarnya dalam hal ini terjadi tarik menarik yang kurang didasarkan atas prinsip dan prosedur pengawasan mutu pendidikan yang berpatokan pada standar mutu.
Pada prinsip umumnya kunjungan kelas di lakukan dengan tiga kegiatan, yakni kunjungan atas permintaan dan undangan dari guru, kunjungan yang diberitahukan oleh kepala sekolah dan kunjungan mendadak (sidak) yang memang dilaksanakan oleh supervisor sebagai bagian dari tugas dia sebagai pengawas mutu pendidikan.
Selain prinsip yang dikemuakakan diatas, maka untuk memudahkan bagaimana melihat perkembangan, prinsip dasar, tujuan serta kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam teknik dan metode supervisi, maka dibawah ini akan disajikan dalam bentuk uraian berupa matrik metode dan teknik supervisi.
Supervise hendaknya dapat memilih teknik-teknik supervise yang tepat, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk kepentingan tersebut, berikut di uraikan beberapa teknik supervise yang dapat dipilih dan digunakan supervisor pendidikan, baik yang bersifat kelompok maupun individual. Teknik-teknik tersebut, antara lain, kunjungan dan observasi kelas, pembicaraan individual, diskusi kelompok, demonstrasi mengajar dan perpustakaan professional.[49]
Ada beberapa teknik supervise yang lazim digunakan dan ditetapkan supervisor dalam melakukan supervisinya sebagai berikut:
a.       Kunjungan dan Observasi Kelas
Merupakan teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, supervisor (pengawasan) dan Pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksaan proses belajar mebgajar sehingga memproleh data yang diperlukandalam pembinaan guru.[50]
b.      Pembicaraan Individual
Merupakan salah satu alat supervise penting Karena dalam kesempatan tersebut supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam memecahkan masalah pribadi yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

c.       Diskusi kelompok
Merupakan suatu kegiatan pengumpulan sekelompok orang dalam situasi tatap muka dan interaksi lisan untuk bertukar informasi atau berusaha mencapai suatu keputusan secara bersama.[51]
d.      Demonstrasi Mengajar
Merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh supervisor atau seorang Guru yang memilki kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat mengambil hikmah dan manfaatnya.[52]
e.       Pengembangan perpustakaan
Merupakan suatu teknik untuk meringankan tugas dan tanggung jawab supervisor pendidikan.[53]
f.       Bultin supervise
Merupakan suatu teknik untuk menciptakan komunikasi secara internal dan bersifat pengembangan, dengan mengadakan dan mengoftimalkan sarana media cetak.
g.      Kunjungan Rumah
Merupakan suatu teknik supervise yang door to door dengan cara jemput bola kepada guru yang akan disupervisi.


h.      Intervisitasi
Merupakan suatu teknik supervise pendidikan dengan cara saling mengunjungi antara sesame guru yang sedang ,mengajar untuk mengobsevasi situasi dalam proses pembelajaran masin-masing.[54]
i.        Lokakarya (workshop)
Merupakan suatu teknik yang dapat diterapkan dalam melakukan supervise manajerial yang bertujuan untuk mengembangkan professional kepala sekolah, guru, dan karyawan.[55]
j.         In-Service Training
Merupakan suatu teknik dalam supervisor yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan tenaga professional sehingga diperlukan strategi yang memadai dalam pengembangan ini.[56]








DAFTAR PUSTAKA
Sahertian Piet A., Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000
________ ,Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional, 1981
Maryono, Dasar-dasar& Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan,Yogjakarta:Ar-Ruzz,2011
Burhanudin Yusak, Administrasi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2005
Jasmani & mustofa syaiful, supervise pendidikan, Yogjakarta: Ar-rus Media, 2013
Citriadin Yudin, manajemen & Supervisi  Pendidikan, Mataram : IAIN Mataram, 2014
Mulyasa, Manajemen Berbasisi Sekolah, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012
Imron Ali,  Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2011
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung,: Rosdakarya, 2003
Dadang Suhardan , Supervisi Bantuan Profesional, Bandung: Mutiara Ilmu 2007
Arikunto &  Suharsimi, Dasar-dasar Supervisi, Jakarta,: PT. Rineka Cipta,2004


[1]  Purwanto Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung,: Rosdakarya, 2003) h. 20
[2] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 5
[3] Maryono, Dasar-dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan,(Yogjakarta:Ar-Ruzz,2011), h. 13
[4]  Ibid, h. 14
[5]  Piet A, Konsep & Teknik, h. 7
[6] Ibid, h. 8
[7] Maryo ,Dasar-dasar & Teknik, h. 15
[8] Piet A, Konsep & Teknik, h. 10
[9]  ibid, h.  11
[10]  Maryo ,Dasar-dasar & Teknik, h. 16
[11] Piet A, Konsep & Teknik, h. 12
[12] Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Supervisi,( Jakarta,: PT. Rineka Cipta,2004), h. 15
[13] Yusak Burhanudin, Administrasi Pendidikan,(Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 99

[14]  Maryo ,Dasar-dasar & Teknik, h. 17
[15]  Ibid, h. 18
[16] Yusak, Administrasi,  h. 99
[17] Yudin citriadin, manajemen & Supervisi  Pendidikan, (Mataram : IAIN Mataram,2014), h. 101
[18]  Piet A, Konsep & Teknik, h. 19
[19] Jasmani & syaiful mustofa, supervise pendidikan, (Yogjakarta: Ar-rus Media, 2013), h. 31
[20] Ibid.h.32
[21] Ibid.h. 33
[22]  Maryo, Dasar-Dasar & Teknik..h. 20
[23] Syaiful. Supervisi. h. 35
[24] Ibid. h. 44
[25]  Ibid. h. 45
[26] Ibid. h. 46
[27] Yudin, Manajemen, h. 103
[28] Yusak, Administrasi,  h. 102
[29] Piet. A,  Konsep dasar & Teknik, h. 26
[30]  Ibid, h. 27
[31] Ibid, h. 30
[32]  Ibid, h. 32
[33]  Ibid, h. 34
[34]  Ibid, h. 35
[35]  Ibid, h. 36
[36] Ibid, h. 37
[37]  Ibid, h. 43
[38] Ali Imron,  Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), h. 28
[39] Syaiful. Supervisi. h. 68
[40] Ibid. h. 69
[41] Ibid . h. 70
[42]  Ibid. h. 91
[43]  Ibid. h. 93
[44]  Ibid. h. 95
[45] Ali, supervise, h. 28
[46]  Syaiful. Supervisi. h. 98                                                                                                    
[47] Suhardan Dadang , Supervisi Bantuan Profesional, (Bandung: Mutiara Ilmu 2007), h. 56
[48] Piet A Sahertian, ,  Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan, (Surabaya, Usaha Nasional, 1981).h. 25
[49]  Mulyasa, Manajemen Berbasisi Sekolah, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 160
[50]   Syaiful. Supervisi. h. 72
[51]  Ibid. h. 74
[52]  Ibid. h. 75
[53]  Ibid. h. 76
[54]  Ibid. h. 77
[55]  Ibid. h. 78
[56]  Ibid. h. 79

Tidak ada komentar: