BAB I
LATAR BELAKANG SUPERVISI
Istilah Inrspektur pernah dipakai untuk beberapa waktu,
tetapi kemudian diubah dengan sebutan pengawas untuk tingkat sekolah lanjutan
dan penilik untuk sekolah dasar. Seiring dengan itu muncul pula sebutan baru,
yaitu supervisi, yang berasal dari bahasa Inggris, supervision, yang
diperkenalkan oleh orang-orang yang pernah belajar di Amerika Serikat.
Menurut Soetopo, di Amerika Serikat aktivitas supervisi baru muncul pada
permulaan zaman kolonial, yaitu pada sekitar tahun 1654. “The General Court
of chusetts bay coloni” menyatakan bahwa pemuka-pemuka kota bertanggung
jawab atas seleksi dan pengaturan kerja guru-guru, gerakan dapat danggap
sebagai cikal bakal lahirnya konsep yang paling dasar untuk perkembangan
supervisi moderen.
Kemudian Boston, a comite of laymen mengunjungi
sekolah-sekolah untuk mengetahui penggunaan metode pengajar oleh guru-guru,
kecakapan siswa, dan merumuskan usaha-usaha memajukan pengajaran dan
organisasi-organisasi sekolah yang baik. Selanjutnya, perkembangan dan
pertumbuhan sekolah dipengaruhi pula oleh bertambahnya jumlah penduduk, yang
membuat dibutuhkanya tambahan tenaga guru yang lebih besar, yang ada di antara
mereka yang dipilih menjadi kepala sekolah, tapi kepala sekolah pada waktu itu
belum berfungsi sebagai supervisor.
Namun pada perkembangan selanjutnya baru, terutama
setelah bertambahnya aktivitas sekolah, maka didirikanlah kantor superintendent
di sekolah-sekolah, yang mengakibatkan adanya dua unsur pimpinan di setiap
sekolah. Kewenangan kedua unsur pimpinan di sekolah itu tidak begitu cepat
berkembang, tapi baru setelah pada awal abad ke-19, di mana terjadi pengurangan
beban pengajar kepala sekolah, supaya mereka lebih banyak mencurahkan waktu
untuk membantu pekerjaan guru di kelas. Sehingga dapat dikatakan dari sinilah
dimulainya dua fungsi kepala sekolah, yaitu sebagai administrator dan
supervisor di sekolah.
Di dunia pendidikan Indonesia, diterapkannya secara
formal konsep supervisi diperkirakan sejak diberlakukannya Keputusan Menteri P
dan K, RI. Nomor: 0134/1977, yang menyebutkan siapa saja yang berhak disebut
supervisor di sekolah, yaitu kepala sekolah, penilik sekolah untuk tingkat
kecamatan, dan para pengawas di tingkat kabupaten/ Kotamadya serta staf kantor
bidang yang ada di setiap propinsi. Di dalam PP Nomor 38/Tahun 1992, terdapat
perubahan penggunaan istilah pengawas dan penilik. Istilah pengawas dikhususkan
untuk supervisor pendidikan di sekolah sedangkan penilik khusus untuk
pendidikan luar sekolah
Standar mutu pengawas yang telah ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (Sudjana, menyatakan, bahwa pengawas
sekolah berfungsi sebagai supervisor baik supervisor akademik maupun supervisor
manajerial. Sebagai supervisor akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk
membantu kemampuan profesional guru agar guru dapat meningkatkan mutu proses
pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas berkewajiban
membantu kepala sekolah agar mencapai sekolah yang efektif. Pembinaan dan
pengawasan kedua aspek tersebut hendaknya menjadi tugas pokok pengawas sekolah.
Semua produk hukum itu mengarahkan bahwa kedudukan pengawas bukan hanya sebagai
jabatan buangan dan pajangan di kantor dinas pendidikan, tetapi mempunyai
fungsi penggerak kemajuan pendidikan di sekolah. Sebagaimana guru, pengawas
juga harus memulai pekerjaan dengan perencanaan, pelaksanaan dan diakhir dengan
pelaporan tertulis yang akan dibicara dalam bagiantersendiri. Sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di negara kita Indonesia,
sejak zaman penjajahan
Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan
pendidikan di negara kita Indonesia, sejak zaman penjajahan Belanda hingga
zaman kemerdekaan sampai sekarang. Maka kewajiban dan tanggungjawab para
pemimpin pendidikan pada umumnya dan kepala sekolah pada khususnya mengalami
perkembangan dan perubahan pula. Adapun perubahan-perubahan tersebut dapat
dibagi menjadi tiga aspek :
a. Perubahan dalam
tujuan
b. Perubahan dan
scope (luasnya tanggungjawab / kewajiban), dan
c. Perubahan dalam
sifatnya.
Ketiga aspek tersebut sangat berhubungan erat dan sukar
untuk dipisahkan satu dengan lainnya. Adanya perubahan dalam tujuan pendidikan,
mengubah pula scope atau luasnya tanggungjawab yang harus dipikul dan
dilaksanakn oleh para pemimpin pendidikan. Hal ini merubah pula bagaimana
sifat-sifat kepemimpinan yang harus dijalankan hingga dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Tugas dan tanggungjawab kepala sekolah disamping mengatur
jalannya sekolah, juga harus dapat bekerjasama dan berhubungan erat dengan
Masyarakat. Ia berkewajiban membangkitkan semangat staf-staf guru dan pegawai
sekolah untuk bekerja lebih baik, membangun dan memelihara kekeluargaan,
kekompakan, dan kesatuan antara guru, pegawai dan murid. Selain itu juga
mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana sekolah, dan tahu bagaimana
menjalankannya, memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan guru-guru dan
pegawai-pegawainya. Semua ini merupakan tugas kepala sekolah. Tugas seperti ini
adalah merupakan bagian dari Supervisi / Kepengawasan yang menjadi tanggung
jawab pemimpin pendidikan.
Belanda hingga zaman kemerdekaan sampai sekarang. Maka
kewajiban dan tanggungjawab para pemimpin pendidikan pada umumnya dan kepala
sekolah pada khususnya mengalami perkembangan dan perubahan pula. Adapun
perubahan-perubahan tersebut dapat dibagi menjadi tiga aspek : Perubahan dalam
tujuan,
Perubahan dan
scope (luasnya tanggungjawab / kewajiban) dan Perubahan dalam sifatnya. Ketiga aspek
tersebut sangat berhubungan erat dan sukar untuk dipisahkan satu dengan
lainnya. Adanya perubahan dalam tujuan pendidikan, mengubah pula scope atau
luasnya tanggungjawab yang harus dipikul dan dilaksanakn oleh para pemimpin
pendidikan. Hal ini merubah pula bagaimana sifat-sifat kepemimpinan yang harus
dijalankan hingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[1]
A.
Latar
Belakang Kultural
Pendidikan adalah bagian integral dari
kebudayaan. Kebudayaan harus diartikan sebagai: 1) Suatu kompleks gagasan, ide,
norma, dan peraturan yang berlaaku, 2) Suatu pola tingkah laku yang telah
berakar mendalam dalam mayarakat, 3) Wujud benda-benda hasil karya manusia.
Kebudayaan diciptakan oleh akal budi
manusia. Sekolah sebagai salah satu pusat kebudayaan bertugas untuk menyeleksi
pengaruh factor-faktor yang mempengaruhi pribadi peserta didik. Secara positif
sekolah bertugas untuk menghasilkan karya nyata, baik berupa gagasan, ide, pola
tingkah laku, kebiasaan, berbudaya, yang baik maupun berbagai benda budaya.[2]
Sejak dini pengalaman belajar dan
kegiatan belajar mengajar harus diangkat dari isi kebudayaan yang hidup
dimasyarakat. Sekolah sebagai salah satu pusat kebudayaan yang bertugas untuk
menyeleksi pengaruh factor-faktor yang mempengaruhi pribadi peserta didik.
Perlunya supervise bagi yang bertugas adalah untuk mengembangkan potensi
kkreativitas para peserta didik, untuk mengoordinasikan segala usaha dalam
rangka mengembangkan budaya sekolah.
Sekolah bukan hanya tempat untuk mengisi
pengetahuan saja, melainkan harus berfungsi sebagai laboratorium sosiologis dan
pusat kebudyaan yang dapat mengembangkan ide, karya, dan potensi peserta didik.[3]
B.
Latar
Belakang Filosofi
Berdasarkan pandangan dan penafsiran
bahwa pengalaman adalah hasil interaksi antara organisme dan keadaan
sekitar,sedangkan fungsi organisme itu sendiri,maupun pengalamn dapat di
pengaruhi,maka hal itu berarti bahwa pada manusia ada potensi-potensi
menghasilkan sesuatu pada setiap situasi. Nampak dengan jelas daya kreasi dan
dinamika manusia,sehingga dengan demikians setiap pengalaman itu bersifat
potensial kreatif,mau tidak mau dibutuhkan daya koordinasi dan penyusunan
rencana-rencana untuk mengatur interaksi manusia. Disini nampak salah satu
dasar pemikiran filosofis tentang perlunya supervise di dalam mengatur dan mengkoordinir
pendidikan dan pengajaran.
System pendidikan yang berhasil dan berdaya guna
adalah jika ia berakar mendalam pada nilai-nilai yang ada dalam pandangan hidup
suatu bangsa. Di Indonesia terdapat system among
yang dipelopori oleh Ki Hajar Dewantara melalui Taman Siswa. System ini
mendasarkan pendidikannya pada filsafat dan budaya Nasional Ki Hajar Dewantara
mendasarkan pendidikan pada asas kodrat
alam, kebebasan, kemanusiaan, kebudayaan dan kebangsaan. Suatu system
pendidikan harus berakar pada system filsafat
dan nilai yang dijunjung tinggi oleh suatu bangsa.[4]
Di Zaman yunani kuno misalnya, orang dapat
menghargai nilai pendidikan jasmani Semboyan mereka adalah “men sana incorpore”. Didalam tubuh yang
sehat terdapaat jiwa yang sehat. Yunani
pada saat itu terdiri dari polis-polis yang saling berperang . agar suatu polis
dapat menang, diperlukan warganegara yang kuat, sehat jasmani. Pendidikan di
yunani mengutamakan orang sehat dan tubuh yang kuat. Di Eropa Barat pada zaman
rasionalisme orang sangat mengutamakan berfikir yang rasional pendidikan Akal
yang diutamakan. Hal ini tampak dalam pandangan filsafat dan etiknya. Dengan
akal manusia dapat mencapai kebenaran.
Etiknya bahwa pengetahuan adalah kebajikan .
Suatu pandangan yang masih perlu dipertanyakan
paragmatisme di Amerika seperti yang di kemukakan oleh William James dan
diterpkan dalam system pendidikan oleh Jhon Dewey dengan sekolah kerjanya. Di
Indonesia system Among yang dipelopori oleh Ki Hajae Dewantara melalui Taman siswa yang mendasarkan
pendidikannya pada filsafat dan budaya nasional yang pada saat itu, mendasarkan
pendidikan pada asas : Kodrat Alam, kebebasan, kemnusiaan, kebudayaan, dan kebangsaan.
Suatu sisitem pendidikan harus berakar pada system
filsafat dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa itu. Yang menjadi
masalah adalah bagaimana menterjemahkan filsafat dan system nilai yang hidup ke
dalam bahasa program pendidikan. bila kita mampu menterjemhkan dengan tepat
pemikiran filsafat itu kedalam bahasa pendidikan, maka kita tidak menempuh
kekeliruan dalam tindakan mendidik.
Pada tingkatan yang kecil adalah guru-guru di
sekolah. Guru-guru perlu mendapat pembinaan dari para Pembina pendidikan yang
disebut supervisor. Supervisor bertugas untuk membantu guru-guru dalam
memberikan penjelasan menganai program-program operasional agar mudah
dimengerti oleh guru-guru.[5]
C.
Latar
Belakang Fsiologis
Seacara Psiologis supervise itu terletak
berakar mendalam pada pengalaman manusia. Pengalaman diartikan sebagai kegiatan
atau usaha mengembangkan arti dari pristiwa atau situasi, sehingga orang dapat,
memiliki cara pemecahan suatu masalah baik sekarang maupun akan datang.
Pengalaman merupakan usaha untuk tindakan selanjutnya . pengalaman harus dipelajari
daan dialami sendiri. Pengalaman yang luas memungkinkan kita memperoleh
pengertian yang mendalam tentang suatu masalah, sehingga memperbesar kemampuan
untuk memperaktekkannya.
Salah
satu pandangan psikologi modern didalam pendidikan ialah pentingnya
dorongan-dorongan emosional bagi anak waktu belajar,baik secara konkrit maupun
hanya merupakan lambing dalam kata-kata persetujuan misalnya senyum,memberi
hormat,tertawa,memberi semangat baru.
Sifat dasar manusia adalah kemampuan
untuk mencipta. Pendidikan bertugas
untuk member dorongan untuk mencipta dan membina kreatifitas. Kondisi
kreatifitas itu tidak datang dengan sendirinya, tapi harus dilatih dan
daiajarkan. Aristoteles mengatakan, To
play the fluit you must play the fluit. Di sekolah dikemukakan bahwa
kebanyakan kondisi yang mendorong dan menghambat kreatifitas bersumber pada
kegiatan jiwa seperti pengamatan, persepsi, pertimbangan, perasaan.[6]
Pengalaman dapat diartikan sebagi
kegiatan atau usaha mengembangkan arti dari pristiwa atau situasi sehingga
orang dapat memiliki cara pemecahan suatu masalah baik sekarang maupun yang
akan datang,. Pengalaman yang luas memungkinkan kita untuk memperoleh
pengertian yang mendalam tentang suatu masalah sehingga memperbesar kemampuan
untuk mempraktikkannya.
Dalam hal ini, pendidikan bertugas untuk
memberikan dorongan untuk mencipta dan membina kreativitas. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, masalah yang timbul dalam proses pembelajaran di kelas,
bukan berasal pada kurangnya pengetahuan tentang teknik mengajar, melainkan
karena putusnya mata rantai yaitu hubungan-hubungan kemanusiaan yang terputus
antara guru dan murid.
Oleh karena itu, secara psikologis situasi belajar
mengajar yang baik adalah dengan membangkitkan dorongan emosional berupa
lambing-lambang dalam bentuk kata persetujuan, sperti senyum, member hormat,
dan tertawa. Dengan begitu, semangat baru dalam proses belajar mengajar di
kelas akan muncul.
D.
Latar
Belakang Sosial
Hidup dalam masyarakat demokratis
,berate tata kehidupan juga demokratis. Unsur-unsur demokratis itu menampakkan
diri dalam seluruh tata kehidupan misalnya :
1.
menghargai martabat manusia sebagai makhluk yang mempunyai individu yang unik.
2. tiap individu harus menghargai
individu lain
3.
menghargai cara berfikir orng lain walaupun bertentangan dengan pendapat
sendiri.
4. pengakuan kebebasan individu berarti mengakui
bahawa diluar diri sendiri ada juga orang lain. Suepervisi itu bersunber pada
dasar kehidupan social,dimana masyarakat demokratis,pemimpin juga demokratis.
Setiap tugas pemimpin sebagai supervisor berfungsi
membantu, mendorong, dan menstimulasi tiap anggota untuk bekerja sama. Macknzie
mengemukaan ada enam fungsi kepemimpinan sebagai supervisor yaitu sebabagi
berikut:
a. Setiap
pemikiran yang diberikan oleh anggota kelompok harus dilihat sebagi sembangan
bagi kelompok dan perlu diterima dengan sikap terbuka dan positif.
b. Pemimpin
harus memilki pemikiran yang mantap
c. Pemimpin
membantu dalam mengembangkan keterampilan dan melengkapi stafnya
d. Pemimpin
bertugas menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri dan menumbukan rasa aman
pada diri orang lain.
e. Pemimpin
bertugas menentukan batas kebebasan (Autonomi)
dan saling berinteraksi.
f. Pemimpin
harus berani menggunakan cara pendekatan yang bersifat mencoba.
Seorang supervise, dalam melakukan
tanggung jawabnya, harus mampu mengembangkan potensi kreatifitas darin orang
yang dibina melalui cara mengikutsertakan orang lain untuk berpartisifasi
bersama, supervise harus bersumber pada kondisi masyarakat.[7]
Ada dua pokok yang dikemukakan adalah 1)
apakah sekolah harus bercermin pada satu kekuatan social politik pada suatu
Negara, atau sekolah harus bercermin pada kekuatan yang berkuasa dalam Negara
itu, 2) mungkinkah sekolah dapat menerapkan cara bertindak dan bersikap
demokratis di tengah-tengah masyarakat yang strata masyarakatnya feudal dan
system pemerintahannya yang otokrasi atau masyarakat yang strata masyarakatnya
mengalami pseudo demokratis.
Demokrasi mengakui ketermasing-masingan
dan menjunjung tinggi kebersamaan. Unsure-unsur demokrtatis menampakkan diri
dalam tat kehidupan sebagai berikut.
a. Menghargai
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang patut dihargai dan dicintai
b. Menghargai
martabat sebagai makhluk yang memiliki keunikan pribadi
c. Tiap
individu harus menghargai individu yang lainnya
d. Menghargai
cara berfikir orang lain, walalupun bertentangan dengan pendapat diri sendiri
e. Pengakuan
kebebasan individu berarti mengalami bahwa diluar diri sendiri ada juga orang
lain.
Cara bekerja yang bersifat positif
secara bertanggung jawab merupakan suatu cara kerja yang unik. Dalam masyarakat
demokrtis orang saling menghargai pendapat orang lain, saling menolong, saling
memberi kebebasan kepada orang lain, sehingga tumbuh rasa bersama daan juga
aman untuk berkarya. Dalam suasana rasa aman orang berfikir secara kreatif,
bertanggung jawab. Dalam kaitannya dengan ini, setiap tugas pemimpin sebagai
supervisor berfungsi membantu, mendorong, menstimulus tiap anggota untuk
bekerja sama. Sejalan dengan jalan berfikir seperti yang diuraikan di muka. Mackenzie
Sweringen mengmukakan 6 fungsi kepemimpinan sebagai supervisor sebagai berikut:
a. Setiap
pemikiran yang diberikan oleh anggota kelompok harus dilihat sebagai sumbangan
bagi kelompok dan perlu diterima dengan sikaap terbuka dan positif
b. Pemimpin
harus memiliki pemikiran yang mantap
c. Pemimpin
membantu dalam mengembangkan keterampilan dan memperlengkapi stafnya
d. Pemimpinj
bertugas menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri dan menumbuhkan rasa
aman pada diri orang lain
e. Pemimpin
bertugas menentukan batas kebebasan dan saling berinteraksi
f. Pemimpin
harus berani menggunakan cara pendekatan yang bersifat mencoba
Maksudnya mampu menanggung resiko dari
setiap langkah yang ditempuhnya. Seorang supervisor dalam melakukan tanggung
jawabnya, ia harus mampu mengembangkan potensi kreatifitas dari orang yang
dibina melalui cara mengikutsertakan orang pada kondisi masyarakat. Sebenarnya
sekolah harus mampu mengubah masyarakat agar menjadi masyarakat yang demokrasi
. dalam masyarakat demokrasi setiap orang berkesempatan dan kemampuan untuk
menstimulasi usaha-usaha kreatifitas dan mengubah kearah perbaikan. Bekerja
dengan komitmen yang tinggi terhadap usaha bersama. Di sinilah letaknya fungsi
supervise pendidikan.[8]
E.
Latar
Belakang Sosiologis
Masyarakat ini selalu berubah. Setiap perubahan
punya pengaruh terhadap tindakan dan pola tingkah laku seseorang. Dalam era
golbalisasi ini telah terjadi pergeseran tat nilai. Salah satu nilai yang
berpengaruh terhadap pendidikan masa kini adalah nilai jual.[9]
Pada era globalisasi
ini telah terjadi pergeseran tata nilai. Dahulu orang mengukur nilai suatu
pendidikan dari nilai moral, akhlak mulia dan berbudi luhur. Namun, seiring
dengan perkembangan zaman, alat ukur suatu pendidikan adalah nilai ekonomis yaitu
uang. Siapa yang memilki uang yang banyak akan mampu menyekolahkan anaknya di
sekolah unggul. Dengan demikian, sekolah bukan lagi membentukseorang manusia,
melainkan membentuk sebuah manusia.
Perubahan masyarakat secara sosiologis menimbulkan
dampak terhadap tat nilai. Oleh karena itu, untuk menghadapi perubahan yang
seperti ini, guru sebagai tenaga pendidik memerlukan supervisor untuk bertukar
ide dan pengalamn tentang mana yang
terbaik dalam menghadapi perubahan tata nilai yang serba meragukan.
F.
Latar
Belakang Pertumbuhan Jabatan
Pembaharuan selalu menimbulkan
banyak problema. Problema yang dihadapi oleh sponsor-sponsor pembaharuan ialah
bagaimana membantu pertumbuhan jabatan guru. Membantu pertumbuhan jabatan guru
merupakan suatubtugas supervisor yang penting. Guru-guru memerlukan pangetahuan
dalam dalam memganalisa situasi belajar,menerapakn prinsip-prinsip psikologi
modern dalam pembelajaran, pengetahuan dasar research, pengetahuan tentang
cara-cara kerjasama. Dengan kata lain mereka membuuhkan pertumbuhan dalam
jabatan mereka
Dalam hal pendidikan Guru harus tumbuh dan
berkembang dalam jabatannya yaitu dengan caraharus selalu tampak bugar dalam
penampilannya, gemar membaca, terbuka untuk menerima ide-ide baru inovasi dan
sadar akan tanggung jawab profesionalnya. Menurut Sahertian, ada bebrapa usaha
dalam membantub pertumbuhan dan pengembangan profesi, antara lain sebagai
berikut:
a. Selalu
belajar dan mengembangkan dorongan ingin tahu
b. Selalu
ada kesediaan untuk memproleh pengetahuan dan informasi yang baru
c. Selalu
peka dan peduli terhadap tuntutan kemanusiaan dan kepekaan social sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar.
d. Menumbuhkan
minat dan gairah terhadap tugas mengajar, karena tugas mengajar sudah menyatu
dengan kehidupannya.
Dalam hal ini tugas supervise pendidikan
adalah untuk merawat, memelihara dan menstimulasi pertumbuhan jabatan guru.
Dengan begitu, diharapkan guru semakin menjadi professional dalam mengemban
amanat jabatannya dan dapat meningkatkan posisi tawar guru dimasyarakat dan
pemerintah, bahwa guru punya peranan
utama dalam pembentukan harkat dan martabat manusia. [10]
Guru adalah penceramah zaman. Guru
sehaarusnya punya visi masa depan. Ketajaman visi mendorong guru –guru mampu
mengembangkan misinya. Untuk dapat mewujudkan misi guru harus belajar terus
menjadi guru yang professional. Guru yang professional memilki kualifikasi
sebagai berikut:
a. Ia
ahli (expert) dalam bidang yang
diajarkan
b. Memiliki
rasa tanggung jawab yang tinggi
c. Memilki
rasa kesejawatan dank ode etik serta memandang tugasnya sebagi suatu karier
hidup
Bagaimana membantu guru agar dapat
bertumbuh dalam jabatnnya? Seorang guru harus tampak bugar (fitmess) dalam penampilannya. Ia seorang
yang gemar membaca, suka belajar secara terus-menerus, terbuka untuk menerima
ide-ide baru inovasi dan sadar akan tanggung jawab profesionalnya. Tugas
pelayanan telah menyatau dengan dirinya, sehingga belajar mengajar dan medidik
itu telah menjadi karier hidup (life
Karier).
Beberapa usaha dalam membantu
mengembangkan dan pertumbuhan profesi sebagai berikut:
a. Selalu
belajar dan mengembangkan dorongan ingin tahu
b. Selalu
ada kesdiaan untuk memproleh pengetahuan dan informasi yang baru
c. Selalu
peka dan peduli terhadap tuntutan kemnusiaan dan kepekaan social, sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya
d. Menumbuhkan
minat dan gairah dalam tugas mengajar, karena tugas mengajar sudah menyatu
dalam hidupnya.
Semua yang tersebut diatas hanyalah
merupakan harapan, karena kondisi obyektif, banyak guru yang mengalami kelumpuhan
psikologis dalam melakukan tugasnya sehari-hari. Dalam hal ini di sebabkan
image masyarakat terhadap guru telah berubah. Dan kondisi social ekonomisnya
guru belum dapat memnuhi harapan guru yang sesungguhnya.[11]
BAB
II
KONSEP
DASAR SUPERVISI PENDIDIKAN
A.
Pengertian
Supervisi Pendidikan
Administrasi
dan supervissi merupakan alat penunjang untuk mencapai tujuan pendidikan.
demikian juga halnya tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai bila di
dalamnya ada kegiatan administrasi dan supervise secara sistematis dan kontinu.
Kata supervisi berasal
dari bahasa Inggris yang merupakan bentuk transliterasi dari kata Supervision,
yang artinya “pengawasan”. Supervisi merupakan gabungan dari kata super artinya
luar biasa, istimewa, atau lebih dari yang lain, sedangkan visi artinya
kemampuan untuk melihat persoalan jauh ke depan. Dengan demikian, supervisi
adalah suatu pandangan yang luar biasa yang melihat permasalahan jauh melampaui
batas waktu sekarang tetapi yang akan datang.
Supervisi menurut bahasa berarti
Supervision (inggris) : Super artinya atas dan vision artinya visi, Jadi supervisi artinya : lihat
dari atas Sedangkan menurut Boardman supervisi adalah suatu usaha menstimulasi,
mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu[12]
pertumbuhan guru – guru di sekolah baik secara individual maupun secara
kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.
Sedangkan menurut brutin dan brucner supervise pendidikan adalah suatu tehnik
pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama –
sama factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Supervisi
merupakan aktivitas menentukan kondisi / syareat yang esensial, yang akan
menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Orientasi supervisi dapat
dikatakan sebagai proses pembantuan. Dengan kata lain, pembatuan dalam
pengembangan situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik.
Supervisi tertuju pada perkembangan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam
usaha mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini supervisi dapat dilakukan
melalui dorongan, bimbingan dan pemberian kesempatan.
Dengan kata
lain, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka
secara efektif. Meskipun tujuan akhir dari pemberian supervisi adalah tertuju
pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan adalah bantuan kepada guru.
Karena guru adalah pelaksana pendidikan. supervisi pendidikan terdiri atas dua bagian. Pertama,
supervisi tidak langsung atau supervisi makro atau supervisi pengajaran. Kedua
supervisi yang bersifat langsung atau supervisi mikro yang sekarang dikenal
dengan supervisi klinis. Supervisi makro adalah supervisi pengajaran, yang
merupakan rangkaian kegiatan pengawasan pendidikan yang ditujukan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi, baik personil maupun material yang memungkinkan terciptanya
situasi belajar mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan
Berdasarkan pengertian di atas dapat
diketahui bahwa Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar
mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya
tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah
bantuan kepada guru.
Dari
segi etimologi supervise diambil dari kata super artinya mempunyai kelebihan tertentu,
seperti kelebihan dalam kedudukan, pangkat dan kualitas dan visi artinya
melihat atau mengawasi. Karena itu, supervise dapat diartikan sebagai kegiatan
pengawasan yang dilakukan oleh seorang pejabat terhadap bawahannya untuk
melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik, sesuai dengan pertelean tugas
yang telah digariskan.[13]
Konsep
dasar supervise adalah sebagai pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian
mencari dan menemukan kesalahan untuk kemudiaan diperbaiki. Namun, konsep
tersebut menyebabkan guru-guru bekerja dengan tidak baik karena takut
dipersalahkan. Konsep supervise disebut Snooper Vision.
Supervise
adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan
petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi,
menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan, metode, dan evaluasi
pengajaran.[14]
Ada
bermacam-macam konsep supervisi. Secara historis mula-mula diterapkan konsep
supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam
pengertian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk
diperbaiki. Perilaku supervisi yang tradisional ini disebut snooper vision,
yaitu tugas mematai-matai untuk menemukan kesalahan. Konsep ini menyebabkan
guru-guru menjadi takut dan mereka bekerja dengan tidak baik karena takut
dipersalahkan, kemudian berkembang supervisi yang bersifat ilmiah, ialah :
a.
Sistematis, artinya dilaksanakan secara
teratur, berencana dan kontinu
b.
Obyektif dalam pengertian ada data yang
didapat berdasarkan observasi nyata bukan berdasarkan tafsiran pribadi
c.
Menggunakan alat pencatat yang dapat
memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap
proses pembelajaran dikelas.
Ada
beberapa pendapat para ahli dalam memberikan definisi supervise adalah sebagai
berikut:
a. Menurut
Boardman
Supervise merupakan
suatu usaha menstimulasi, mengoordinasi, dan membimbing secara
kontinupertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun kolktif,
agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan selalu fungsi
pengajaran.
b. Menurut
Mc. Nerney
Supervise merupakan
sebagai suatu prosedur member arah dan mengadakan penilaian secara kritis terhadap
proses pengajaran.
c. Menurut
Thomas H. Briggs dan Josep Jusman
Supervise merupakan
sebagai usaha yang sistematis dan terus menerus untuk mendorong dan mengarahkan
pertumbuhan diri guru yang berkembang secara lebih efektif dalam membantu
tercapainya tujuan pendidikan dengan murid-muridnya dibawah tanggung jawabnya.
d. Menurut
Kimball Wiles
Supervise merupakan
bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih
baik.[15]
Supervisi
pendidikan adalah alat penunjang untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut arti
katanya, supervisi mempunyai pengertian yang luas yaitu beberapa defisi tentang
supervisi adalah sebagai berikut:
a. Menurut
Kimball Wiles, menyatakan bahwa: supervisi merupakan kegiatan untuk membantu
tugasnya secara baik.
b. Dalam
buku II D kurikulum 1975 dinyatakan bahwa: supervisi merupakan pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah, agar mereka dapat meningkatkan kemampuan
untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.[16]
c. Menurut P. Adams dan Fran G.Dicky bahwa supervise merupakan suatu program yang
berencana untuk memperbaiki pengajaran.
d. Menurut
Alexander dan Tylor. Supervise adalah suatu program inservice education dan usaha memperkembangkan kelompok (group) secara bersama[17]
e. Adams dan
Dickley dalam bukunya Basic Principle of Supervision, mendefinisikan
supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Program
itu pada hakikatnya adalah perbaikan hal belajar mengajar.
f. Dalam Dictionary
of Education Good Carter memberi pengertian bahwa supervisi adalah usaha
dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas
lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan
pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
g. Ada yang
melihat supervisi pendidikan dari pandangan yang demokratis, seperti yang
dikemukakan oleh Boardman dalam bukunya Democratic Supervision in Secondary
School bahwa supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan
membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara
individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat menstimulasi
dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinu serta mampu dan lebih
cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.
h. Namun ada yang
berpendapat supervisi dilihat sebagai prosedur penilaian seperti yang dikemukan
oleh Mc Nerney supervisi adalah suatu prosedur memberi arah serta mengadakan
penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran
i.
Menurut Burton dan Bruckner supervisi
adalah suatu teknik pelayanan yang bertujuan utamanya mempelajari dan
memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan guru
B.
Tujuan
Supervisi Pendidikan
Seperti
telah dijelaskan, kata kunci dari supervise adalah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervise adalah
memberikan layanan dan bantun untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru dikelas. Pendapat
ini sesuai dengan apa yang kemukakan Olive bahwa sasaran supervise pendidikan
adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan
kurikulum yang sedanag dilaksanakn di sekolah
b. Meningkatkan
proses belajar-mengajar di sekolah
c. Mengembangkan
seluruh staf di sekolah[18]
Hasbullah mengemukakan dalam buku Dasara-dasar & Teknik menjadi Supervisor
bahwa, supervise memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut: a) sebagai arah
pendidikan. b) tujuan sebagai titik akhir. c) tujuan sebagain titik pangkal
mencapai tujuan lain.
Supervise
pendidikan secara umum bertujuan untuk mengontrol dan menilai
komponen-komponen yang terkait dalam
dunia pendidikan.” Dalam rangka pelaksanaan supervise pendidikan, maka
supervise memiliki berbagai tujuan yang dirumuskan oleh beberapa ahli sebagai
berikut:
a.
Menurut Bafadal mengungkapkan bahwa
tujuan supervise pendidikan adalah untuk membantu Guru mengembangkan
kemampuannya, mencapai tujuan pengajar
yang direncanakan bagi murid-muridnya.[19]
b.
Menurut Subari mengungkapkan bahwa tujuan atau tugas pokok
supervisor adalah menolong guru agar mampu melihat persoalan yang dihadapi,
diungkpakan bahwa tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.
c.
Menurut
purwanto mengungkapkan bahwa tujuan supervise itu sendiri adalah pertama
Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah lainnya
dalam menjalankan tugas masing-masing dengan sebaik-baiknya. Kedua Berusaha mengadakan dan melengkapi
semua alat-alat perlengkapan termasuk macam-macam media intruksional yang
diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar-mengajar yang baik bersama
guru berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode yang baru
dalam proses belajar mengajar yang baik. Ketiga
Membina kerja sama yang baik dan harmonis antara guru, murid dan pegawai
sekolah lainnya. Keempat Berusaha
mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah. [20]
d.
Menurut
Soetopo menyebutkan bahwa tujuan pengawasan (supervisi) adalah: pertama Agar pelaksanaan tugas sesuai dengan
ketentuan, prosedur serta perintah yang ditetapkan. Kedua Agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Ketiga Agar sarana
prasarana yang ada dapat digunakan secara efektif dan efesien. Keempat Agar diketahui kelemahan dan
kesulitan organisasi kemudahan dicari jaln perbaikan[21]
e.
Menurut
Gunawan mengemukakan bahwa tujuan dari supervise itu adalah sebagai berikut: a)
membina guru untuk lebih memahami tujuan umum pendidikan, b) membina guru-guru
guna mengatasi problem-problem siswa
demi kemajuan prestasi belajarnya, c) membina guru-guru dapat mempersiapkan
siswanya untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif, kreatif, etis dan
religious, d) membina guru-guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja
yang demokratis, kooperatif dan kegontoroyongan, e) membina guru-guru
meningkatkan kemampuan mengevaluasi, mendiagnosis kesulitan belajar dan
seterusnya, f) memperbesar ambisi guru-guru dan karyawan dalam meningkatkan
mutu profesinya, g) membina guru-guru dan karyawan pendidikan terhadap tuntutan
serta kritik-kritik sikap dan ketemansejawatan dari seluruh tenaga pendidikan.[22]
Adapun
tujuan supervise yang secara umum adalah sebagai berikut:
Pertama . untuk Meningkatkan mutu kinerja guru membantu guru dalam
memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan
kebutuhan siswanya. Membentuk kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam
satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat dan saling
menghargai satu dengan yang lainnya. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang
pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa Meningkatkan kulaitas
pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk
reposisi guru. Kedua.
Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana
dengan baik. Ketiga..
Meningkatkan keefektifan dan keefesienan sarana dan prasarana yang ada
untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan
keberhasilan siswa. Keempat. Meningkatkan kualitas pengelolaan
sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang
selanjutnya siswa dapat mencapai prestasu belajar sebagaim,ana yang diharapkan.
Kelima. Meningkatkan kualitas
situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta
kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan
keberhasilan lulusan.
Berdasarkan
beberapa kajian terhadap pengertian supervise maka supervise sesuai dengan
tujuannya dibedakan menjadi dua yaitu: 1) supervise manajerial, yang bertujuan
untuk member bantuan kepada kepala sekolah dan staf agar lebih meningkatkan
kinerjanya dalam mengelola sekolah. 2) supervise akademis, yang bertujuan untuk
mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam kegiatan pembelajaran,
melalui pembeinaan dan peningkatan profesi mengajar.[23]
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apabila supervise ini dilaksanakan
dengan baik, peningkatan kinerja semua komponen pendidikan akan menjadi baik,
dan peran Guru sebagai pengajar/tenaga pendidikpun akan semakin meningkat,
dengan demikian supervise sangat penting untuk meningkatkan sumber daya manusia
yang dikembangkan secara terus menerus agar berkualitas.
C.
Prinsip
Supervisi Pendidikan
Menurut Soetopo, ada 7 prinsip-prinsip
supervise secara umum yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip
organisasional
Merupakan pengawasan
dapat dilakukan dalam kerangka struktur organisasi yang melingkupinya.[24]
b. Prinsip
perbaikan
Artinya pengawasan
berusaha mengetahui kelemahan atau kekurangan, kemudian dicari jalan pemecahan
agar manajemen dapat berjalan sesuai dengan standard an organisasi dapat
mencapai tujuan
c. Prinsip
komunikasi
Artinya pengawasan
dilakukan untuk membina system kerja sama antara atasan dan bawahan, membina
hubungan baik antara atasan dan bawahan dalam proses pelaksanaan pengelolaan
organisasi.
d. Prinsip
pencegahan
Artinya pengawasan
dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam mengelola komponen-komponen
organisasi
e. Prinsip
pengendalian
Artinya pengawasan
dilakukan agar semua proses manajemen berada pada rel yang telah digariskan sebelumnya.
f. Prinsip
objektif
Artinya pengawasan
dilakukan berdasarkan data nyata di lapangan tanpa menggunakan penilaian dan
penafsiran subjektif pengawas.
g. Prinsip
kontinuitas
Artinya pengawasan
dilakukan secara terus menerus, baik selama berlangsung proses pelaksanaan
maupun setelah pelaksaan kerja.[25]
Menurut Bafadal
secara lebih khusus, menyebutkan prinsip-prinsip supervise
pendidiksn/pengajaran sebagai berikut:(a) Supervise pengajaran harus mampu
mencipatakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. (b) Supervise harus dilakukan
secara berkesinambungan. (c) Supervise pengajaran harus demokratis. (d)
Supervise pengajaran harus komparatif. (e) Supervise pengajaran harus
konstruktif. (f) Supervise pengajaran harus objektif.[26]
D.
Fungsi
Supervisi Pendidikan
Huse
mengatakan supervise hanya sebagai satu fungsi yaitu fungsi manajemen, ialah
pengarahan yang terdiri dari inisiatif dan kepemimpian, pengaturan, dan
bimbingan, pemberian motivasi dan pengawasan.
Fungsi
supervise dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu : a) fungsi utama
adalah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dan usaha mencapai
tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa. b) fungsi
tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja
dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka
menyesuaikan diri dengan tuntutat masyarakat serta memperlopori kemajuan
masyarakat.[27]
Beberapa
fungsi supervise juga disebutkan yaitu sebagai berikut: Secara umum fungsi supervisi adalah
perbaikan pengajaran. Berikut ini berbagai pendapat para ahli tentang fungsi
supervisi, di antaranya adalah:
a. Ayer, Fred E
Menganggap
bahwa fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang ada
sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
b. Franseth Jane
Menyatakan
bahwa fungsi supervisi memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui
bermacam-macam cara sehingga kualitas kehidupan akan diperbaiki.
c. W.H. Burton dan Leo J. Bruckner
Menjelaskan
bahwa fungsi utama dari supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki
faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar.
d. Kimball Wiles
Mengatakan
bahwa fungsi supervisi ialah memperbaiki situasi belajar anak-anak.
Usaha perbaikan merupakan
proses yang kontinyu sesuai dengan perubahan masyarakat. Masyarakat selalu
mengalami perubahan. Perubahan masyarakat membawa pula konsekuensi dalam bidang
pendidikan dan pengajaran. Suatu penemuan baru mengakibatkan timbulnya
dimensi-dimensi dan persepektif baru dalam bidang ilmu penegetahuan.
Makin jauh pembahasan tentang
supervisi makin nampak bahwa kunci supervisi bukan hanya membicarakan perbaikan
itu sendiri, melainkan supervisi yang diberikan kepada guru-guru, menurut T.H.
Briggs juga merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan
pertumbuhan guru-guru.
Dalam suatu analisa fungsi
supervisi yang diberikan oleh swearingen, terdapat 8 fungsi supervisi, yakni:
a. Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah.
Koordinasi
yang baik diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk mengikuti perkembangan
sekolah yang makin bertambah luas dan usaha-usaha sekolah yang makin menyebar,
diantaranya: Usaha tiap guru, Usaha-usaha sekolah dan Usaha-usaha pertumbuhan
jabatan.
b. Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah
Yakni,
melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan dan
kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah.
c. Memperluas Pengalaman.
Yakni,
memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota staff sekolah,
sehingga selalu anggota staff makin hari makin bertambah pengalaman
dalam hal mengajarnya.
d. Menstimulasi Usaha-Usaha yang
Kreatif.
Yakni,
kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-anak, orang yang
dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri.
e. Memberikan Fasilitas dan Penilaian
yang Kontinyu.
Penilaian
terhadap setiap usaha dan program sekolah misalnya, memiliki bahan-bahan
pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara mengajar, kemajuan
murid-muridnya harus bersifat menyeluruh dan kontinyu.
f. Menganalisa Situasi Belajar
Situasi
belajar merupakan situasi dimana semua faktor yang memberi kemungkinan bagi
guru dalam memberi pengalaman belajar kepada murid untuk mencapai tujuan
pendidikan. Memberi Pengetahuan dan Ketrampilan pada Setiap Anggota Staf.
g. Supervisi berfungsi memberi stimulus
dan membantu guru agar mereka memperkembangkan pengetahuan dan ketrampilan
dalam belajar. Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan.
h. Fungsi supervisi di sini adalah
membantu setiap individu, maupun kelompok agar sadar akan nilai-nilai yang akan
dicapai itu, memungkinkan penyadaran akan kemampuan diri sendiri.
Fungsi supervior (pengawas) oleh
karenanya menjadi penting, sebagaimana tertuang dalam Kepmen PAN Nomor 118/1996
yang menyebutkan bahwa pengawas diberikan tanggung jawab dan wewenag penuh
untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan, penilaian dan
pembinaan teknis serta administratif pada satuan pendidikan..
Berdasarkan
pedoman supervise yang tertera dalam kurikulum 1975, maka fungsi supervise
adalah sebagai berikut: a) mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum
dengan segala sarana dan prasarana, b) membantu serta membina guru/kepala
sekolah dengan cara memberikan petunjuk, penerangan dan pelatihan agar mereka
dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan mengajarnya, c) membantu kepala
sekolah /guru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Dari
uraian diatas tentaang supervise yang telah dijelaskan diatas, dapat
disimpulkan bahwa supervise mempunyai beberapa fungsi, yang antara satu dan
lainnya saling berkaitan. Beberapa fungsi yaitu:
a. Fungsi
pelayanan
Yaitu kegiatan pelayanan
untuk meningkatkan profesionalnya
b. Fungsi
penelitian
Yaitu untuk memproleh
data yang objektif dan releven , misalnya untuk menemukan hambatan belajar
c. Fungsi
kepemimpinan
Yaitu usaha untuk
memproleh orang lain agar yang disupervisi dapat merencanakan sendiri masalah
yang sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya.
d. Fungsi
manajemen.
Yaitu supervise
dilakukan sebagai control atau pengarahan atau pengarahan sebagai aspek dari
manajemen
e. Fungsi
evaluasi.
Yaitu supervise
dilakukan untuk mengevaluasi hasil atau kemajuan yang diproleh.
f. Fungsi
supervise
Yaitu sebagai bimbingan
g. Fungsi
supervise
Yaitu sebagai
pendidikan dalam jabatan, khususnya bagi guru muda atau siswa sekolah
pendidikan guru.[28]
E.
Peran
Supervisi Pendidikan
Kegiatan utama pendidikan di sekolah
adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah
bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena
itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu
mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi
merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru
dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat
menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih
baik pada orang tua peserta didik dan sekolah serta berupaya menjadikan sekolah
sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.
Maka peranan supervisor adalah
memberi dukungan (support), membantu (assisting), dan mengikut sertakan
(shearing). Selain itu peranan seorang supervisor adalah menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas dalam mengembangkan
potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab. Suasana yang demikian
hanya dapat terjadi apabila kepemimpinan dari supervisor itu bercorak
demokratis bukan otokraris. Kebanyakan guru seolah-olah mengalami kelumpuhan
tanpa inisiatif dan daya kreatif karena supervisor dalam meletakkan interaksi
bersifat mematikan.
Mengenai
peranan supervise dapat dikemukakan berbagai pendapat para ahli. Seorang
supervisor dapar berperan sebagai:
a. Sebagai
Koordinator
Merupakan yang dapat mengkoordinasi
program belajar mengajar, tugas-tugas dan anggota staf berbagai kegiatan yang berbeda-beda
di antara guru-guru.
b. Sebagai
konsultan
Merupakan yang dapat
memberi bantuan, bersama mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik
secara individual maupun secara berkelompok.
c. Sebagai
pemimpin
Merupakan yang dapat
memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan
kebutuhan professional guru-guru secara bersama-sama.
d. Sebagai
evaluator
Merupakan yang dapat
membantu guru dalam menilai hasil dan proses belajar, dapat menilai kurikulum
yang sedang dikembangkan.[29]
F.
Objek
Supervisi Pendidikan
Obyek
dan program yang dilakukan oleh supervisor dalam kegiatan supervisi pendidikan
antara lain :
a)
Mengorganisasi dan membina guru-guru.
Menorganisasi
guru ialah memadukan semangat bekerja para guru menjadi satu kesatuan kekuatan
yang dinamis dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari disekolah. Pertentangan
individu dan pertentangan antar kelompok diusahakan agar tidak ada
persaingan-persaingan yang tidak sehat dihilangkan, kegotongan dan semangat
juang yang tangguh. Sedangkan yang dimaksud dengan membina gur-guru adalah
mengembangkan prestsi termaduk kepribadian mereka sebagai guru. Untuk mencapai
tujuan mengorganisasi dan membina para guru dikembangkan program-program
sebagai berikut : Memotifasi dan meningkatkan semangat bekerja para guru,
Menegakkan disiplin dengan sanksi-sanksinya, Memberikan konsultasi, diskusi,
dan membantu pecahan masalah, Menjadi contoh berperilakuterhadap personalia sekolah
pada umumnya dan terhadap para guru khususnya, Ikut mengusahakan intensitas
bagi para guru bersama kepala sekolah, Mengembangkan atau membina profesi para
guru.
b) Mempertahankan dan
mengembangkan kurikulum
yang
berlaku.
Pengertian
umum tentang kurikulum ialah segala aktivitas para siswa dalam rangka
menumbuhkan dan mengembangkan diri dalam jam-jam pelajaran sekolah dibawaah
asuhan guru. Aktivitas-aktivitas para siswa ini melibatkan materi pelajaran,
alat-alat belajar, cara-cara belajar, cara-cara membimbing para sisiwa belajar,
situasi belajar, suasana lingkungan belajar, evaluasi proses belajar, dan hasil
belajar para siswa. Kurikulum itu mudah berubah, mengadakan perubahan kurikulum
secara mendasar bukanlah wewenang sekolah dengan supervisornya melainkan
wewenag pemerintah. Tetapi perubahan kurikulum yang sifatnya meningkatkan
efektivitas dan efesiensi serta menyesuaikan dengan kebutuhan / keadaan daerah
memang kewajiban sekolah dengan supervisornya.
Objek
kajian supervise adalah perbaikan situasi belajar mengajar dalam arti luas.
Olivia dalam bukunya supervision for Todays Schools menggunakan
istikah Domain. Ia mengemukakan sasaran supervise pendidikan meliputi tiga
domain adalah sebagai berikut: a) Memperbaiki pengajaran, b) Penembangan kurikulum
dan c) Pengembangan staf.
Melihat objek supervise di masa akan
datang mencakup, pembinaan kurikulum, perbaikan proses pembelajaran,
pengembangan staf, pemeliharaan dan perawatan moral serta semangat kerja
guru-guru.
a. Pembinaan
kurikulum
Bahwa pembaruan
kurikulum sejar tahun 1975, kurikulum 1984, yang disebut kurikulum yang
disempurnakan dan kurikulum 1994, yang dikeluarkan dari Dipdekbud di Jakarta
lengkap dengan pedoman pelaksanaannya.[30]
b. Perbaikan
proses pembelajaran
Sasaran kedua adalah
memperbaiki proses pembelajaran. Yang dimaksudkan dengan proses pembelajaran
adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa[31]
c. Pengembangan
sumber daya guru dan staf sekolah
Maerupakan perlu adanya
supervise bahwa guru-guru perlu bertumbuh dalam jabatan , maka setiap guru
harus berusaha untuk mengembangkan dirinya.[32]
BAB III
MODEL PENDIDIKAN & TEKNIK
SUPERVISI PENDIDIKAN
A.
Pengembangan
Model Supervisi Pendidikan
Pengembangan
model supervisi pendidikan mencakup : Model Konvensional, model ilmiah dan
model artistic.[33]
a. Model
supervise yang Konvensional (Tradisional)
Model ini tidak lain
dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan yang
otoriter dan feudal, akan berpebgarus pada sikap pemimpin yang otokrat dan
korektif.[34]
Pemimpin cenderung untuk
mencari-cari kesalahan. Perilaku supevisi ialah mengsdakan inspeksi untuk
mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai.
Perilaku seperti ini oleh Oliva P.F, disebut snoopervision (memata-matai).
Sering disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah untuk mengkoreksi
kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi unuk melihat segi-segi positif
hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud
hanya untuk mencari kesalahan dalam membimbing sanga bertentangan dengan
prinsip dan tujuan supervisi pendidikan.
b. Model
supervise yang bersifat Ilmiah
Supervise
yang bersifat lemah memilki cirri-ciri sebagai berikut: 1) Dilaksanakan secara
berencana dan kontinu, 2) Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik
tertentu, 3) menggunakan instrument pengumpulan data, 4) ada data yanag
objektif yang diproleh dari kedaan yang riil.[35] Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau
check list para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan
belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada
gury-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada cawu atau
semester yang lalu. Data ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang
mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan
penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan
jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.
c. Model
supervise klinis
Merupakan bentuk
supervise yang difokuskan pada peningkatan pengajar dengan melalui siklus yang
sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensip dan
cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan
perubahan dengan cara yang rasional. Menurut Williem mengemukakan bahwa
supervise klinis merupakan proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan
antara tingkaah laku mengajar yang ideal.[36]
d. Model
Supervisi Artistik
Dalam bukunya Supervision of Teaching, Sergivanni Th,J.
menyamakan beberapa cirri yang khas tentang model supervise yang artistic
antara lain: supervise artistic memerlukan perhatian agar lebih banyak
mendengarakan dari pada banyak berbicara, supervise artistic memrlukan tingkat
pengetahuan yang cukup/keahlian khusus
untuk memahami apa yang dibutuhkan oleh seseorang yang sesyuai dengan
harapannya, supervise artistic sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari
guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda, model
artistic terhadap supervise memerlukan laporan yang ,menunjukkan bahwa dialog
antara supervisor yang supervise dilaksanakan atasb dasar kepemimpinan yang
dilakukan oleh kedua belah pihak.[37]
B.
Pendekatan
Model Supervisi Pendidikan
Pendekatan berasal dari kata approad
adalah cara mendekatkan diri kepada objek atau langkah-langkah menuju objek.
Sudjana (membagi pendekatan supervisi menjadi dua, yaitu: pendekatan langsung
(direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan
pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan
menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa, media
elekronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga
pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan
itu.
Pendekatan yang diguhakan dalam
menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu
pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe
guru..
Ada
beberapa pendekatan dalam supervise
penddikan. Pertama, pendekatan ilmiyah yang merupakan warisan era kejayaan gerakan manajemen ilmiyah. Kedua,
pendekatan artistic yang merupakan wujud jawaban atas ketidakpuasan terhadap
pendekatan ilmiyah diatas. Ketiga, pendekatan klinik yang diangkat model
hubungan dokter pasien, sehingga didalamnya terdapat diagnosis terapi dalam
melaksanakan supervise pendidikan.[38]
Secara
teoretis, terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan supervisor dalam
melaksanakan atau melakukan supervise pendidikan sebagai berikut:
a. Pendekatan
langsung (Direct Approach)
Merupakan
cara pendekatan terhadap permasalahan yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan
langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan
direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis behauioristis.
Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu
respons terhadap rangsangan/ stimulus. Oleh karena guru memiliki kekurangan,
maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi lebih baik. Supervisor
dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).
Pendekatan seperti ini dapat dilakukan
dengan
perilaku supervisor seperti berikut ini: Menjelaskan, Menyajikan, Mengarahkan, Memberi contoh,
Menerapkan tolok ukur dan Menguatkan.[39]
b. Pendekatan
tidak langsung (Non-Direct Approach)
Merupakan
cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara
langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara
aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin
kepada guru.Untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan
non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik. Psikologi
humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru
yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan
yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba
mendengarkan, dan memahami apa yang dialami. Perilaku supervisor dalam
pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut: Mendengarkan, Memberi
penguatan, Menjelaskan, Menyajikan dan
Memecahkan masalah.[40]
c. Pendekatan
kolaburatif (Colaburatif Approach)
Pendekatan
kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan
non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik
supervisor maupun guru bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses
dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang
dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi
kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu
dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan
aktivitas individu. Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi berhubungan
pada dua arah; dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor
dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut: Menyajikan, Menjelaskan, Mendengarkan,
Memecahkan masalah dan Negosiasi. Kolaburatif Merupakan cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dengan Non-dierektif menjadi
pendekatan baru.[41]
Dalam
beberapa referensi supervise pendidikan dikenal beberpa model supervise yang
dikembangkan dan yang selama telah diterapkan dalam dunia pendidikan yaitu
menurut Sahertian sebagai berikut:
a. Model
Konvensional (Tradisional)
Merupakan model yang
diterpakan pada wilayah yang trdisi dan cultural masyarakatnya otoriter dan
feudal.[42]
b. Model
Supervisi Artistik merupakan suatu pengetahuan (Knowledge).[43]
c. Model
supervise Ilmiah
Merupakan suatu model
dalam supervise yang digunakan untuk menjaring informasi atau data dan menilai
kinerja kepala sekolah dan guru dengan cara menyebarkan angket.[44]
Guru meningkatkan dan
mengupayakan perbaikan pembelajaran, maka seorang supervisor yang menggunakan
pendekatan ilmiah dapat melaksanakan tiga hal, yaitu: a)
mengimplementasikan hasil temuan para
peneliti, b) bersama-sama dengan peneliti mengadakan penelitian di bidang
pembelajaran dan hal yang bersangkutan paut dengannya, c) menerapkan metode
ilmiah dan meempunyai ilmiah dalam menentukan efektivitas pembelajaran.[45]
d. Model
Supervisi Klinis
Merupakan model yang
digunakan untuk mengembangkan performa guru dikelas.[46] Supervisi klinis adalah bentuk
supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang
sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan
cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan
perubahan dengan cara yang rasional. R. Willem dalam Archeson dan Gall Sulo. K.A.
Archeson dan M.D. Gall Sulo, mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah proses membantu
guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata
dengan dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Berdasarkan pendapat-pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses pembimbing
dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam
pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti
sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru. Ungkapan supervisi
klinis (Clinical supervision) sebenarnya digunakan oleh Morries Cogan,
Robber Education. Tekanan dalam pendekatan di Havard School of bersifat
khusus melalui tatap muka dengan guru pengajar. Inti bantuan terpusat pada
perbaikan penampilan dan perilaku mengajar guru .
C. Teknik Supervisi Pendidikan
Teknik
supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh supervisor untuk menyelesaikan
tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah manajeral
dengan sasaran kepala sekolah dalama mengembangkan kelembagaan serta
masalah-masalah lain yang behubungan, serta berorientasi pada peningkatan mutu
pendidikan dan masalah akademik dengan sasaran para guru kelas atau mata
pelajaran untuk memperbaiki proses pembelajaran dikelas, dilaboratorium untuk
memperbaiki pencapaian hasil belajar peserta didik.
Metode
dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh oleh pengawas
pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh sistem
perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri, sedangkan teknik adalah
langkah-langkah kongkrit yang dilaksankan oleh seorang supervisor, dan teknik
yang dilaksanakan dalam supervisi dapat ditempuh melalui berbagai cara, yakni
pada prinsifnya berusaha merumuskan harapan-harapan menjadi sebuah kenyataan.
Teknik
supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan tertentu,
baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru- guru dalam mengajar,
masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah
lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.[47]
Dalam
supervisi dikenal dengan dua teknik besar, yakni teknik individual dan teknik
kelompok. Teknik individual antara lain berupa :
a. kunjungan dan observasi kelas
b. individual conference
c. kunjungan antar guru-guru
d. evaluasi diri
e. supervisory buletin
f. profesional reading
g. profesional writing,
Sedankan
teknik kelompok antara lain :
a) rapat staf sekolah
b) orientasi guru baru
c) curriculum laboratory
d) panitia
e) perpustakaan profesional
f) demonstrasi mengajar
g) lokakarya
h) field trips for staff personnels
i)
pannel
or forum discussion
j)
in service training dan
k) organisasi profesional.
Pada
teknik individual seperti dengan melakukan kunjungan dan observasi kelas, pada
beberapa pendapat sering dipandang sbagai salah satu kegiatan yang menyebabkan
prediksi yang berbeda terutama di kalangan guru serta kepala sekolah yang
diamati oleh pengawas satuan pendidikan, walaupun pada prinsipnya kunjungan
kelas merupakan perekaman informasi akurat yang datang secara langsung dari
sumber belajar seperti guru dan peserta didik.
Pada sisi
lain juga harus dikembangkan dalam kunjungan kelas atau observasi adalah
menghilangkan adanya kesan atasan dan bawahan, sebab kesan ini akan menimbulkan
kesan negatif baik bagi yang melaksanakan observasi ataupun yang diobservasi
itu sendiri, akan tetapi hubungan yang harus dikembangkan adalah atas dasar
kerjasama dan profesionalisme antara guru, kepala sekolah dan supevisor itu
sendiri.
Hal lain
yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa observasi kelas hendaknya dilakukan
dengan memakai instrumen yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah
pihak dengan sebelumnya melakukan pertemuan pribadi atau paling tidak
diberitahukan terlebih dahulu kisi-kisi yang akan diujikan di lapangan oleh
supervisor.
Hariwung menyebutkan bahwa tujuan yang dikehendaki
dalam observasi kelas antara lain adalah untuk:
a. Mempelajari material yang dipelajari
oleh siswa, validitasnya terhadap tujuan pendidikan, faedah, minat, serta
nilainya untuk siswa.
b. Mempelajari usaha-usaha guru untuk
mendorong dan menuntun siswa untuk belajar, prinsip-prinsip yang dipergunakan
dan aplikasinya dalam materi umum dan materi khusus bagi siswa dalam belajar
c. Mempelajari usaha-usaha yang
dipergunakan dalam menemukan, mendiagnosa, serta memperbaiki
kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa [48]
d. Mempelajari usaha-usaha yang dipakai
untuk menilai hasil belajar, sifat dan alat metode pengukuran serta hubungannya
dengan tujuan dari situasi belajar-mengajar, namun bukan mencatat
kesalahan-kesalahan guru-guru guna tujuan-tujuan lain.
Dalam
tataran teoritik, observasi kelas sudah lama diperkenalkan di kalangan pendidikan
seperti yang dikemukakan oleh Charles W Boardman bahwa kunjungan kelas memiliki
kemampuan sangat besar dan dapat menunjang perbaikan-perbaikan pembelajaran
secara langsung, bahkan dapat diamati pula jika kedapatan metode serta proses
pembelajaran yang kurang memadai dilakukan oleh seorang guru, maka hal ini akan
diperbaiki secara langsung tentunya mempergunakan prosedur perbaikan
pembelajaran secara proporsional dan profesional.
Walaupun
pada tataran praktik, metode kunjungan kelas atau observasi kelajiman guru
memiliki prediksi dan penilaian yang kurang baik, bahkan tidak sedikit guru
yang memberikan permusuhan, terlebih dengan perilaku observer yang kurang
menghargai, walaupun sebenarnya dalam hal ini terjadi tarik menarik yang kurang
didasarkan atas prinsip dan prosedur pengawasan mutu pendidikan yang berpatokan
pada standar mutu.
Pada
prinsip umumnya kunjungan kelas di lakukan dengan tiga kegiatan, yakni
kunjungan atas permintaan dan undangan dari guru, kunjungan yang diberitahukan
oleh kepala sekolah dan kunjungan mendadak (sidak) yang memang dilaksanakan
oleh supervisor sebagai bagian dari tugas dia sebagai pengawas mutu pendidikan.
Selain
prinsip yang dikemuakakan diatas, maka untuk memudahkan bagaimana melihat
perkembangan, prinsip dasar, tujuan serta kekuatan dan kelemahan yang terdapat
dalam teknik dan metode supervisi, maka dibawah ini akan disajikan dalam bentuk
uraian berupa matrik metode dan teknik supervisi.
Supervise hendaknya dapat memilih teknik-teknik
supervise yang tepat, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk kepentingan
tersebut, berikut di uraikan beberapa teknik supervise yang dapat dipilih dan
digunakan supervisor pendidikan, baik yang bersifat kelompok maupun individual.
Teknik-teknik tersebut, antara lain, kunjungan dan observasi kelas, pembicaraan
individual, diskusi kelompok, demonstrasi mengajar dan perpustakaan
professional.[49]
Ada beberapa teknik supervise yang lazim digunakan
dan ditetapkan supervisor dalam melakukan supervisinya sebagai berikut:
a. Kunjungan
dan Observasi Kelas
Merupakan teknik pembinaan
guru oleh kepala sekolah, supervisor (pengawasan) dan Pembina lainnya dalam
rangka mengamati pelaksaan proses belajar mebgajar sehingga memproleh data yang
diperlukandalam pembinaan guru.[50]
b. Pembicaraan
Individual
Merupakan salah satu
alat supervise penting Karena dalam kesempatan tersebut supervisor dapat
bekerja secara individual dengan guru dalam memecahkan masalah pribadi yang
berhubungan dengan proses pembelajaran.
c. Diskusi
kelompok
Merupakan suatu
kegiatan pengumpulan sekelompok orang dalam situasi tatap muka dan interaksi
lisan untuk bertukar informasi atau berusaha mencapai suatu keputusan secara
bersama.[51]
d. Demonstrasi
Mengajar
Merupakan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh supervisor atau seorang Guru yang memilki
kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat mengambil hikmah dan
manfaatnya.[52]
e. Pengembangan
perpustakaan
Merupakan suatu teknik
untuk meringankan tugas dan tanggung jawab supervisor pendidikan.[53]
f. Bultin
supervise
Merupakan suatu teknik
untuk menciptakan komunikasi secara internal dan bersifat pengembangan, dengan
mengadakan dan mengoftimalkan sarana media cetak.
g. Kunjungan
Rumah
Merupakan suatu teknik
supervise yang door to door dengan
cara jemput bola kepada guru yang akan disupervisi.
h. Intervisitasi
Merupakan suatu teknik
supervise pendidikan dengan cara saling mengunjungi antara sesame guru yang
sedang ,mengajar untuk mengobsevasi situasi dalam proses pembelajaran masin-masing.[54]
i.
Lokakarya (workshop)
Merupakan suatu teknik
yang dapat diterapkan dalam melakukan supervise manajerial yang bertujuan untuk
mengembangkan professional kepala sekolah, guru, dan karyawan.[55]
j.
In-Service Training
Merupakan suatu teknik
dalam supervisor yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan tenaga professional
sehingga diperlukan strategi yang memadai dalam pengembangan ini.[56]
DAFTAR PUSTAKA
Sahertian Piet A., Konsep Dasar & Teknik Supervisi
Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000
________ ,Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan,
Surabaya, Usaha Nasional, 1981
Maryono, Dasar-dasar& Teknik Menjadi Supervisor
Pendidikan,Yogjakarta:Ar-Ruzz,2011
Burhanudin Yusak, Administrasi Pendidikan, Bandung:
Pustaka Setia, 2005
Jasmani & mustofa syaiful,
supervise pendidikan, Yogjakarta:
Ar-rus Media, 2013
Citriadin Yudin, manajemen & Supervisi Pendidikan, Mataram : IAIN Mataram, 2014
Mulyasa, Manajemen Berbasisi Sekolah, Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya, 2012
Imron Ali, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan
Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2011
Ngalim Purwanto, Administrasi
dan Supervisi Pendidikan, Bandung,: Rosdakarya, 2003
Dadang Suhardan , Supervisi
Bantuan Profesional, Bandung: Mutiara Ilmu 2007
Arikunto &
Suharsimi, Dasar-dasar Supervisi,
Jakarta,: PT. Rineka Cipta,2004
[2] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi
Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 5
[3] Maryono, Dasar-dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan,(Yogjakarta:Ar-Ruzz,2011),
h. 13
[4] Ibid,
h. 14
[7] Maryo ,Dasar-dasar & Teknik, h.
15
[8] Piet A, Konsep & Teknik, h. 10
[11] Piet A, Konsep & Teknik, h. 12
[13]
Yusak Burhanudin, Administrasi
Pendidikan,(Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 99
[15] Ibid,
h. 18
[16] Yusak, Administrasi, h. 99
[17] Yudin citriadin, manajemen & Supervisi Pendidikan, (Mataram : IAIN
Mataram,2014), h. 101
[18]
Piet A, Konsep & Teknik, h.
19
[19]
Jasmani & syaiful mustofa, supervise
pendidikan, (Yogjakarta: Ar-rus Media, 2013), h. 31
[20] Ibid.h.32
[22]
Maryo, Dasar-Dasar & Teknik..h.
20
[23] Syaiful. Supervisi. h. 35
[24] Ibid. h. 44
[25] Ibid. h. 45
[26] Ibid. h. 46
[27]
Yudin, Manajemen, h. 103
[28]
Yusak, Administrasi, h. 102
[29]
Piet. A, Konsep dasar & Teknik, h. 26
[30] Ibid,
h. 27
[31] Ibid, h. 30
[32] Ibid,
h. 32
[33] Ibid,
h. 34
[34] Ibid,
h. 35
[35] Ibid,
h. 36
[36] Ibid, h. 37
[37] Ibid,
h. 43
[38] Ali Imron, Supervisi Pembelajaran Tingkat
Satuan Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), h. 28
[39] Syaiful. Supervisi. h. 68
[41] Ibid . h. 70
[42] Ibid. h. 91
[43] Ibid. h. 93
[44] Ibid. h. 95
[45]
Ali, supervise, h. 28
[46] Syaiful. Supervisi. h. 98
[47] Suhardan
Dadang , Supervisi Bantuan Profesional,
(Bandung: Mutiara Ilmu 2007), h. 56
[48] Piet A Sahertian, , Prinsip
dan Tehnik Supervisi Pendidikan, (Surabaya, Usaha Nasional, 1981).h.
25
[49]
Mulyasa, Manajemen Berbasisi
Sekolah, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 160
[50]
Syaiful.
Supervisi. h. 72
[51] Ibid. h. 74
[52] Ibid. h. 75
[53] Ibid. h. 76
[54]
Ibid. h. 77
[55] Ibid. h. 78
[56] Ibid. h. 79
Tidak ada komentar:
Posting Komentar