Sabtu, 07 November 2015

PSIKOLOGI BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dari segala kesan-kesan dan pengalaman-pengalaman yang lampau selalu tertinggal jejeknya pada kita. Manusia sebagai pribadi yang ditandai oleh suatu historisitat tidak semata-mata dikenai pengaruh-pengaruh dalam “kini” saja dan “yang akan datang” malainkan perkembangannya itu berlangsung sebagai sejarah, dimana “yang lampau” itu masih berbekas sedikit banyak dan dapat direaktitip.
Tertinggalnya bekas-bekas yang lampau ini, meskipun tidak selalu ada secara sadar, namun masih dapat ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun berpikir mempelajari membawa kita pada psikologi kognitif, terutama sekali, pada model manusia sebagai pengolah informasi. Robert T.Craig (1979) bahkan meminta ahli komunikasi agar mendalami psikologi kognitif dalam upaya menemukan cara-cara baru dalam menganalisa pesan dan pengolahan pesan. Sumbangan paling besar psikologi kognitif adalah menyingkap tabir memori.

B. RUMUSAN MASALAH
1.      Definisi memori, lupa dan transper belajar??
2.      Cara Mengingat Kembali ?
3.      Faktor-faktor penyebab lupa??
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya transper belajar??

C.  TUJUAN
Untuk bisa mengetahui bagaimana sebenarnya belajar yang baik dan untuk memahami lebih dalam bagaimana otak kita bisa mengingat, lupa, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    MEMORI
1.      Definisi Memori
Memori atau disebut juga ingatan ialah suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali informasi yang telah lampau. Definisi dari Schlessinger dan Groves (1976) adalah suatu sistem yang sangat berstruktur, yamg menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap saat stimulasi mengenai indera kita, setiap saat pula stimulasi itu direkam secara sadar atau tidak sadari. berapa kemampuan rata-rata memori manusia untuk menyimpan informasi? John Griffith, ahli matematika, menyebutkan angka 10¹¹ (seratus triliun) bit. John von Neumann, ahli teori informasi, menghitungnya sampai 2.8 x 10º² (280 kuintriliun) bit. Asimov menerangkan bahwa otak manusia selama hidupnya sanggup menyimpan sampai satu kuidriliun bit informasi.
Agak sukar bagi kita yang awam untuk memeriksa angka mana yang paling tepat. Lagi pula, tidak pertlu. Kita sudah cukup mengetahui bahwa manusia memiliki memori yang sangat luar biasa. Wilden Penfield, ahli bedah syaraf, pernah melaporkan bagaimana rangsangan dengan jarum elektris pada bagian-bagian otak tertentu dapat menghadirkan kembali rekaman ini, persis seperti memainkan rekaman video (penfield, 1956).
Seorang wanita berumur 26 tahun mengalami bedah otak karena epilepsi. Karena hanya digunakan anestesia lokal, pasien masih dalam keadaan sadar. Dokter bedah merangsang daerah-daerah tertentu dan menimbulkan rekaman peristiwa. Elektroda diletakkan pada lokasi 11 pada otaknya, dan pasien berkata, “ya, tuan, saya mendengar seorang ibu memanggil anaknya di suatu tempat. Tampaknya terjadi bertahun-tahun yang lampau, seseorang yang tinggal bertetangga dengan saya”. Kemudian elektroda digerakkan ke lokasi 13, dan pasien berteriak, “Saya mendengar suara. Jauh malam, di sekitar tempat pesta seperti ada sirkus, saya melihat banyak gerobak yang digunakan untuk menyimpan binatang”. Elektroda diletakkan lagi pada lokasi 11, dan pasien berkata lagi , “Ya, saya dengar suara yang saya kenal, seorang wanita seperti sedang memanggil, wanita yang sama”. Pada peristiwa ini, memori diungkap kembali, begitu memori hidup, seakan-akan si pasien mengalaminya lagi.
2.      Tahapan Memori
Secara singkat, memori memiliki tiga tahap proses : perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan kembali.
a. Perekaman (disebut encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit syaraf internal. Dimana dalam tahap ini pesan yang diperoleh dari gejala fisik mengalami transformasi menjadi semacam kode yang dapat diterima.
b. Penyimpanan (storage), proses yang kedua, adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa dan di mana. Penyimpanan bisa aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif, bila kita menambahkan informasi tambahan. Kiti menyimpan informasi yang tidak lengkap dengan kesimpulan kita sendiri (inilah yang menyebabkan desas-desus menyebar lebih banyak dari volume asal). Mungkin secara pasif terjadi tanpa penambahan.
c. Pemanggilan kembali (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan. Yakni proses dimana informasi yang telah tersimpan dikeluarkan kembali sesuai dengan kebutuhan.
 3. Bentuk Memori
Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama. Kita hanya mengetahui memori pada tahap yang ketiga, pemanggilan kembali. Pemanggilan/ mengingat kembali diketahui dengan beberapa cara yaitu :
a.      Rekognisi, merupakan bentuk ingatan yang sangat sederhana yaitu mengingat kembali kesan         yang pernah diterima indera, seperti mengingat wajah kawan, lukisan, dan sebagainya.
b.      Recall, merupakan bentuk mengingat sesuatu yang lebih sukar, seperti mengingat-ingat rangkaian kejadian yang pernah terjadi di masa yang lalu.
c.       Reproduksi, merupakan bentuk ingatan yang lebih sukar lagi yaitu mengingat dengan cukup tepat untuk memproduksi bahan yang pernah dipelajari, seperti rekognisi sebuah nyanyian yang pernah dipelajari (recall) dengan tujuan menyajikannya kembali.
d.      Performance, yaitu bentuk mengingat yang keempat yaitu mengingat performance kebiasaan-kebiasaan yang sangat romantis.
4. Jenis Memori
Jenis memori ada dua yaitu :
a.      Memori jangka pendek, yakni memori atau ingatan yang berada dalam jangka waktu tertentu. Penyimpanan pada ingatan jangka pendek mempunyai kapasitas yang terbatas, sehingga dapat dengan mudah tergantikan oleh informasi yang lebih baru. Kapasitas penyimpanannya kurang lebih sebanyak antara 7 s.d. 12 butir atau chunk (kelompok unit) informasi. Apabila batas ini sudah penuh, maka informasi baru yang datang kemudian akan mengalihkan butir yang sudah ada. Butir-butir yang belum dialihkan dapat diingat kembali melalui suatu proses yang menguji setiap butir secara bergantian.
b.      Memori jangka panjang, yaitu memori yang berada dalam jangka waktu yamg lebih lama. Kelemahan ingatan sering terjadi pada ingatan jangka panjang ini dan biasanya terjadi karena kegagalan pengingatan kembali. Sedangkan proses ingatan jangka panjag dimulai ketika chungking atau pengelompokan informasi menjadi unit-unit, lalu informasi itu dikonding ulang (recode) menjadi unit-unit yang besar dan bermakna sehingga informasi itu disimpan dalam ingatan jangka pendek untuk kemudian diolah dan disusun maknanya menjadi informasi ada dalam ingatan jangka panjang. Makin banyak seseorang merinci makna sebuah informasi, maka makin banyak ingatan yang ia miliki.
5. Mekanisme Memori
Sudah lama orang ingin mengetahui bagaimana cara kerja memori. Secara praktis, orang ingin mencari cara-cara untuk mengefektifkan pekerjaan memori. Bukankah bila memori kita handal, kita dapat menggunakannya sebagai arsip yang murah , praktis, efisien, dan portabel (mudah dibawa)? Tetapi memori kita sering tidak berfungsi dengan baik yaitu salah satunya kita sering lupa. Untuk mengetahui pekerjaan memori, kita harus menjawab mengapa orang bisa lupa, jawabannya mengapa orang bisa ingat. Ada tiga teori yang menjelaskan tentang memori : teori aus. Teori interferensi, dan teori pengolahan informasi.
6.  Beberapa Teori Tentang Memori
a.       Teori Aus (Disuse theory)
Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Seperti otot, memori kita baru kuat, bila dilatih terus-menerus. Sejak zaman yunani sampai sekarang, masi ada anggapan bahwa tugas guru adalah melatih ingatan muridnya. Selama sekolah orang hanya belajar mengingat. Lagi pula, tidak selalu waktu yang mengauskan memori. Sering terjadi, kita masi ingat pada peristiwa puluhan tahun yang lalu, tetapi lupa kejadian seminggu yang lalu.
b. Teori interferensi (Interference theory)
Menurut teori ini, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pad meja lilin atau kanvas itu. Katakanlah, pad kanvas itu sudah terlukis hukum relativitas. Segara setelah itu, anda mencoba merekam hukum medan gabungan. Yang kedua akan menyebabkan terhapusnya rekaman yang pertama atau mengaburkannya. Ini disebut interferensi.
c. Teori Pengolahan Informasi (Information Processing Memory)
Secara singkat, teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pad sensory storge (gudang inderwi), kemudian masuk shor-term memory (STM, memori jangka pendek) lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term memory (LTM, memori jangka panjang). Otak manusia dianalogikan dengan komputer.
7. Cara Mengingat Kembali
Beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah terjadi dan diketahui
sebelumnya, yaitu :
a.       Rekoleksi Yaitu: menimbulkan kembali dalam ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang sedang terjadi disekitar tempat peritiwa itu dahulu terjadi. Misal, seorang pria mengingat peristiwa dimana untuk pertama kali ia pergi dengan seorang gadis.
b.       Pembaruan Ingatan
Hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingtan hanya timbul kalau ada hal yang merangsang ingatan itu. Misal, dari contoh diatas ingatan akan timbul setelah pria tersebut secara jebetulan jumpa dengan gadis yang bersangkutan.
c. Mempelajari Kembali

B.    Lupa
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi    kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

1.       Lupa Versus Hilang
Kerapkali pengertian “lupa” dan “hilang” secara spontan di anggap sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dari ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukkan dalam ingatan (long-term-memory) tetap menjadi milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas.
Lupa adalah fenomena psikologis, suatu proses yang terjadi di dalam kehidupan mental. Hilangnya informasi dari ingatan jagka pendek disebabkan oleh dua hal, yaitu karena gangguan dan waktu. Mengingat al-hal yang batu dapat menggangu mengingat hal-hal yang lama.gangguan-gangguan yang menyebabkan terjadinya lupa, baik dalam ingatan jangka panjang maupun dalam ingatan jangka pedek ditunjang oleh ahsil-hasil penelitian, bahwa informasi-informasi yang baru dapat membingungkan informasi-informasi yang lama, yang baru menyulitkan orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang lama disebut ‘inhibisi retroaktif’ atau gangguan retroaktif. Sebaliknya bila informasi-informasi yang lama menyulitkan orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang baru dinamakan “inhibisi proaktif ” atau gangguan proaktif (Mahmud, 1990: 136).
Dengan kata lain kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa.
2.       Lupa-Lupa Ingat
Lupa-lupa ingat berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama dengan melupakan. Lupa-lupa berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan, tidak mengindahkan . baik lupa-lupaan maupun melupakan mengandung kesengaajn. Pengorganisasian struktur kognitif yang kurang baik dan sistematik berpotensi kea rah lupa-lupa ingat. Kerancuan struktur kognitif menyebabkan sejumlah kesan menjadi samar-samar; kesan berbentuk baying-bayang dalam ketidak pastian. Sesuatu hal yang direpresentasikan dalam bentuk kesan mengapung di antara alam ambang sadar dan alam bawah sadar.
3.  Faktor-faktor Penyebab Lupa
a.  Lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1)practice interference; 2) retroactive interference (Reber 1988; Best 1989; Anderson 1990)
Seorang siswa akan mengalami gangguan proactive apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami ganguan retroactive apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajarn lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain siswa tersebut lupa akan materi peajaran lama itu.
b.  Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena sebab adanya tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa sebab, yaitu: Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
·         Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroactive.
·         Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.
c.   Lupa dapat terjadi karena sebab perubahan sikapdan minat siswa    terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan terhadp guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
d.  Menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena sebab materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunaakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
e. Lupa tentu saja dapat terjadi karena sebab perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alcohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan ata item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.

3.       Kiat mengurangi lupa dalam belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990), adalah sebagai berikut:
    Over learning
Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Over learning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk over learning, antara lain pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin memungkinkan ingatan siswa terhadap teks Pancasila lebih kuat.
    Extra study time 
Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi dua jam waktu belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali sehari. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
    Mnemonic device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam system akal siswa. Muslihat mnemonic ini banyak ragamnya, yang paling menonjol adalah sebagaimana terurai di bawah ini.
-    Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa. Pembuatan singkatan-singkatan ini seyogianya dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik dan memiliki kesan tersendiri.
-    System kata pasak (peg word system), yakni sejenis teknik mnemonic yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan yang memiliki kesamaan watak (baik itu warna, rasa, dan seterusnya). Misalnyalangit-bumi; panas-api; merah-darah; dan seterusnya.
-    Clustering (pengelompokkan) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Penataan ini direkayasa sedimikian rupa dalam bentuk daftar-daftar item materi sehingga mudah untuk dihafalkan
.


C.     Transfer Belajar
1.      Pengertian Transfer Belajar
Transfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata yaitu transfer dan belajar. Transfer dipungut dari bahasa Inggris yaitu “transfer“ yang berarti pergantian, serahterima, atau pemindahan. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah lakuh sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Rumusan Transfer belajar menurut para pakar psikologi :
a. Salmeto mengatakan bahwa transfer adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh pada      waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian.
b.  Muhibbin Syah menyatakan bahwa trasfer belajar terjadi bila pengetahuan dan keterampilan anak didik sebagai hasil belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang.
c.   Menurut W.S Winkel dalam bukunya “ Psikologi Pengajaran “ bahwa transfer belajar berasal dari bahasa inggris “ Transfer of Learning “ atau “transfer of Training “ yang brarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dari bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan sekolah.
Dari beberapa rumusan yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa transfer belajar yaitu pemindahan. Pemindahan disini jangan dikonotasikan sebagai hilangnya suatu kemampuan atau keterampilan yang sudah dimiliki pada masa lalu, karena diganti dengan kemampuan atau keterampilan yang baru pada masa sekarang. Agar tidak terjadi kesalahan persepsi, transfer belajar disini sebagai “ pemindahan Pengaruh “ atau pengaruh kemampuan atau keterampilan melakukan sesuatu yang dikuasai terhadap kemampuan atau keterampilan melakukan sesuatu yang lain yang akan dikuasai.
2.        Beberapa Teori Transfer Belajar
Teori transfer belajar adalah pemikiran atau pendapat mengenai bagaimana transfer belajar itu sendiri.
a.       Teori Disiplin Formal
Teori ini didasari oleh ilmu jiwa daya. Menurut teori ilmu jiwa itu tersusun dari beberapa macam daya ( pikiran, ingatan, perasaan, dll. ) masing-masing daya itu dapat diperbaiki melalui latihan-latihan. Teori transfer belajar menurut psikologi daya adalah bahwa baiknya setiap fungsi sebagai akibat mempelajari bahan tertentu akan tertransfer dalam mempelajari bahan apapun juga yang tidak ada hubungannya dengan bahan latihan itu.
b.  Teori Komponen-Komponen Identik
Menurut teori ini transfer terjadi, jika antara situasi yang lalu atau hasi belajar yang lalu dengan situasi yang dihadapi atau bahan pelajaran yang dihadapi terdapat aspek-aspek yang sama.
c. Teori Generalisasi
Pandangan ini dikemukakan oleh Charles Judd ( 1873-1946 ) yang berpendapat bahwa transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola, dan prinsip-prinsip umum.
4.       Ragam Transfer Belajar
Muhibbin syah ( 1999 : 14 ) dengan mengutip pendapat Robert M.Gagne mengemukakan empat macam tansfer belajar yaitu transfer Positif, transfer negatif, transfer vertikal dan transfer lateral.
a.   Transfer Positif Yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Misalnya keterampilan mengendarai sepeda motor, akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan bermotor roda empat.
b. Transfer Negatif
Transfer atau pemindahan berefek buruk yaitu mempersukar dan mempersulit dalam kegiatan belajar selanjutnya. Misalnya keterampilan mengemudikan kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas yang bergerak disebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di Indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila ia pindah kesalah satu Negara Eropa Barat, yang arus lalu lintasnya bergerak disebelah kanan jalan.
c. Transfer Vertikal (tegak lurus)
Dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu mebantu siwa tersebut dalam menguasai pengetahuan atau keterampilan yang lebih tinggi atau rumit. Misalnya seorang siswa SD yang telah menguasai prinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu duduk dikelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu di duduk dikelas III.
d. Transfer Lateral (ke arah samping)
Dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Misalnya seorang lulusan STM yang telah menguasai teknologi “X” dari sekolahnya dapat menjalankan mesin tersebut ditempat kerjanya. Disamping itu, ia juga mampu mengikuti pelatihan menggunakan teknologi kurang lebih sama dengan mesin “X” tadi.
4.    Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya transfer belajar :
a. Intelegensi
Individu yang lancer dan pandai biasanya akan mampu menganalisa dan melihat hubungan-hubungan logis, ia segera melihat unsur-unsur yang sama serta pola dasar atau kaidah hukum, hingga sangat mudah terjadi transfer.
b. Sikap
Meskipun orang mengerti dan memahami sesuatu serta hubungannya dengan yang lain, tetapi kecendrungan atau pendiriannya menolak/ sikap negative, maka transfer tidak akan terjadi, demikian sebaliknya.
c. Materi pelajaran
Biasanya mata pelajaran yang mempunyai daerah berdekatan misalnya matematika dengan statistic, ilmu jiwa sscial dengan sosiologi, lebih mudah terjadi transfer.
d. Sistem penyampaian Guru
Pendidik yang senantiasa menunjukkan hubungan antara pelajaran yang sedang dipelajari dengan meta pelajaran lain atau dengan menunjuk ke kehidupan nyata yang dialami anak, biasanya lebih membantu terjadinya transfer. Hal ini akan terjadi kalau kita mempelajari sesuatu yang dulu pernah kita pelajari. Maka untuk mempelajari hal yang sama kedua kalinya ini, banyak hal-hal yang akan diingat kembali, sehingga tempo belajar akan menjadi jauh lebih singkat dari sebelumnya.







BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Dari uraian-uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwasannyan memori atau ingatan kita dapat kita gunakan untuk menyimpan hal-hal yang pernah kita alami sebelumnya. Memori atau disebut juga ingatan ialah suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali informasi yang telah lampau. Definisi dari Schlessinger dan Groves (1976) adalah suatu sistem yang sangat berstruktur, yamg menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap saat stimulasi mengenai indera kita, setiap saat pula stimulasi itu direkam secara sadar atau tidak sadari.
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.
Transfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata yaitu transfer dan belajar. Transfer dipungut dari bahasa Inggris yaitu “transfer“ yang berarti pergantian, serahterima, atau pemindahan.
Beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah terjadi dan diketahui sebelumnya, yaitu :
a.       Rekoleksi
b.      Pembaruan Ingatan
c.       Mempelajari Kembali
Faktor-faktor Penyebab Lupa
a.  Lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam system memori siswa.
b.  Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena sebab adanya tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja maupun tidak.
c.   Lupa dapat terjadi karena sebab perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. 
d.  Menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena sebab materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunaakan atau dihafalkan siswa.
e.  Lupa tentu saja dapat terjadi karena sebab perubahan urat syaraf otak.
Adapun beberapa  Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya transfer belajar :
a. Intelegensi
b. Sikap
c. Materi pelajaran.
d. Sistem penyampaian Guru














DAFTAR PUSTAKA


Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Penerbit Teraju.
Rakhmat, Jalaludin.1991.Psikologi Komunikasi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sabri, M. Alisuf.1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Sarlito Wirawan Sarwono.1976.Pengantar Umum Psikologi.Jakarta: Bulan Bintang.



Tidak ada komentar: