BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dari
segala kesan-kesan dan pengalaman-pengalaman yang lampau selalu tertinggal
jejeknya pada kita. Manusia sebagai pribadi yang ditandai oleh suatu
historisitat tidak semata-mata dikenai pengaruh-pengaruh dalam “kini” saja dan
“yang akan datang” malainkan perkembangannya itu berlangsung sebagai sejarah,
dimana “yang lampau” itu masih berbekas sedikit banyak dan dapat direaktitip.
Tertinggalnya
bekas-bekas yang lampau ini, meskipun tidak selalu ada secara sadar, namun masih
dapat ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Dalam
komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi
baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun berpikir mempelajari
membawa kita pada psikologi kognitif, terutama sekali, pada model manusia
sebagai pengolah informasi. Robert T.Craig (1979) bahkan
meminta ahli komunikasi agar mendalami psikologi kognitif dalam upaya menemukan
cara-cara baru dalam menganalisa pesan dan pengolahan pesan. Sumbangan paling
besar psikologi kognitif adalah menyingkap tabir memori.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Definisi
memori,
lupa dan transper belajar??
2.
Cara Mengingat Kembali ?
3.
Faktor-faktor
penyebab lupa??
4.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi adanya transper belajar??
C. TUJUAN
Untuk
bisa mengetahui bagaimana sebenarnya belajar yang baik dan untuk memahami lebih
dalam bagaimana otak kita bisa mengingat, lupa, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MEMORI
1. Definisi
Memori
Memori atau disebut juga ingatan
ialah suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali
informasi yang telah lampau. Definisi dari Schlessinger dan Groves (1976)
adalah suatu sistem yang sangat berstruktur, yamg menyebabkan organisme sanggup
merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing
perilakunya. Setiap saat stimulasi mengenai indera kita, setiap saat pula
stimulasi itu direkam secara sadar atau tidak sadari. berapa kemampuan
rata-rata memori manusia untuk menyimpan informasi? John Griffith, ahli matematika,
menyebutkan angka 10¹¹ (seratus triliun) bit. John von Neumann, ahli teori
informasi, menghitungnya sampai 2.8 x 10º² (280 kuintriliun) bit. Asimov
menerangkan bahwa otak manusia selama hidupnya sanggup menyimpan sampai satu
kuidriliun bit informasi.
Agak sukar bagi kita yang awam
untuk memeriksa angka mana yang paling tepat. Lagi pula, tidak pertlu. Kita
sudah cukup mengetahui bahwa manusia memiliki memori yang sangat luar biasa.
Wilden Penfield, ahli bedah syaraf, pernah melaporkan bagaimana rangsangan
dengan jarum elektris pada bagian-bagian otak tertentu dapat menghadirkan
kembali rekaman ini, persis seperti memainkan rekaman video (penfield, 1956).
Seorang wanita berumur 26 tahun
mengalami bedah otak karena epilepsi. Karena hanya digunakan anestesia lokal,
pasien masih dalam keadaan sadar. Dokter bedah merangsang daerah-daerah
tertentu dan menimbulkan rekaman peristiwa. Elektroda diletakkan pada lokasi 11
pada otaknya, dan pasien berkata, “ya, tuan, saya mendengar seorang ibu
memanggil anaknya di suatu tempat. Tampaknya terjadi bertahun-tahun yang
lampau, seseorang yang tinggal bertetangga dengan saya”. Kemudian elektroda
digerakkan ke lokasi 13, dan pasien berteriak, “Saya mendengar suara. Jauh
malam, di sekitar tempat pesta seperti ada sirkus, saya melihat banyak gerobak
yang digunakan untuk menyimpan binatang”. Elektroda diletakkan lagi pada lokasi
11, dan pasien berkata lagi , “Ya, saya dengar suara yang saya kenal, seorang
wanita seperti sedang memanggil, wanita yang sama”. Pada peristiwa ini, memori
diungkap kembali, begitu memori hidup, seakan-akan si pasien mengalaminya lagi.
2. Tahapan
Memori
Secara singkat,
memori memiliki tiga tahap proses : perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan
kembali.
a.
Perekaman (disebut encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor
indera dan sirkit syaraf internal. Dimana dalam tahap ini pesan yang diperoleh
dari gejala fisik mengalami transformasi menjadi semacam kode yang dapat
diterima.
b.
Penyimpanan (storage), proses yang kedua, adalah menentukan berapa lama
informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa dan di mana. Penyimpanan
bisa aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif, bila kita menambahkan
informasi tambahan. Kiti menyimpan informasi yang tidak lengkap dengan
kesimpulan kita sendiri (inilah yang menyebabkan desas-desus menyebar lebih
banyak dari volume asal). Mungkin secara pasif terjadi tanpa penambahan.
c.
Pemanggilan kembali (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi,
adalah menggunakan informasi yang disimpan. Yakni proses dimana informasi yang
telah tersimpan dikeluarkan kembali sesuai dengan kebutuhan.
3.
Bentuk Memori
Kita tidak menyadari pekerjaan
memori pada dua tahap yang pertama. Kita hanya mengetahui memori pada tahap
yang ketiga, pemanggilan kembali. Pemanggilan/ mengingat kembali diketahui
dengan beberapa cara yaitu :
a. Rekognisi,
merupakan bentuk ingatan yang sangat sederhana yaitu mengingat kembali kesan yang pernah diterima indera, seperti
mengingat wajah kawan, lukisan, dan sebagainya.
b. Recall,
merupakan bentuk mengingat sesuatu yang lebih sukar, seperti mengingat-ingat
rangkaian kejadian yang pernah terjadi di masa yang lalu.
c. Reproduksi, merupakan bentuk ingatan yang lebih sukar
lagi yaitu mengingat dengan cukup tepat untuk memproduksi bahan yang pernah
dipelajari, seperti rekognisi sebuah nyanyian yang pernah dipelajari (recall)
dengan tujuan menyajikannya kembali.
d. Performance,
yaitu bentuk mengingat yang keempat yaitu mengingat performance kebiasaan-kebiasaan
yang sangat romantis.
4.
Jenis Memori
Jenis memori ada dua yaitu :
a.
Memori jangka pendek, yakni memori
atau ingatan yang berada dalam jangka waktu tertentu. Penyimpanan pada ingatan
jangka pendek mempunyai kapasitas yang terbatas, sehingga dapat dengan mudah
tergantikan oleh informasi yang lebih baru. Kapasitas penyimpanannya kurang
lebih sebanyak antara 7 s.d. 12 butir atau chunk (kelompok unit) informasi.
Apabila batas ini sudah penuh, maka informasi baru yang datang kemudian akan
mengalihkan butir yang sudah ada. Butir-butir yang belum dialihkan dapat
diingat kembali melalui suatu proses yang menguji setiap butir secara
bergantian.
b.
Memori jangka panjang, yaitu memori
yang berada dalam jangka waktu yamg lebih lama. Kelemahan ingatan sering
terjadi pada ingatan jangka panjang ini dan biasanya terjadi karena kegagalan
pengingatan kembali. Sedangkan proses ingatan jangka panjag dimulai ketika
chungking atau pengelompokan informasi menjadi unit-unit, lalu informasi itu
dikonding ulang (recode) menjadi unit-unit yang besar dan bermakna sehingga
informasi itu disimpan dalam ingatan jangka pendek untuk kemudian diolah dan
disusun maknanya menjadi informasi ada dalam ingatan jangka panjang. Makin
banyak seseorang merinci makna sebuah informasi, maka makin banyak ingatan yang
ia miliki.
5.
Mekanisme Memori
Sudah
lama orang ingin mengetahui bagaimana cara kerja memori. Secara praktis, orang
ingin mencari cara-cara untuk mengefektifkan pekerjaan memori. Bukankah bila
memori kita handal, kita dapat menggunakannya sebagai arsip yang murah , praktis,
efisien, dan portabel (mudah dibawa)? Tetapi memori kita sering tidak berfungsi
dengan baik yaitu salah satunya kita sering lupa. Untuk mengetahui pekerjaan
memori, kita harus menjawab mengapa orang bisa lupa, jawabannya mengapa orang
bisa ingat. Ada tiga teori yang menjelaskan tentang memori : teori aus. Teori
interferensi, dan teori pengolahan informasi.
6.
Beberapa Teori Tentang Memori
a. Teori
Aus (Disuse theory)
Menurut teori ini, memori hilang
atau memudar karena waktu. Seperti otot, memori kita baru kuat, bila dilatih
terus-menerus. Sejak zaman yunani sampai sekarang, masi ada anggapan bahwa
tugas guru adalah melatih ingatan muridnya. Selama sekolah orang hanya belajar
mengingat. Lagi pula, tidak selalu waktu yang mengauskan memori. Sering terjadi,
kita masi ingat pada peristiwa puluhan tahun yang lalu, tetapi lupa kejadian
seminggu yang lalu.
b. Teori interferensi (Interference theory)
Menurut teori ini, memori merupakan
meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pad meja lilin atau kanvas
itu. Katakanlah, pad kanvas itu sudah terlukis hukum relativitas. Segara
setelah itu, anda mencoba merekam hukum medan gabungan. Yang kedua akan
menyebabkan terhapusnya rekaman yang pertama atau mengaburkannya. Ini disebut
interferensi.
c. Teori Pengolahan
Informasi (Information Processing Memory)
Secara singkat, teori ini
menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pad sensory storge (gudang inderwi),
kemudian masuk shor-term memory (STM, memori jangka pendek) lalu dilupakan atau
dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term memory (LTM, memori jangka
panjang). Otak manusia dianalogikan dengan komputer.
7. Cara Mengingat Kembali
Beberapa
cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah terjadi dan diketahui
sebelumnya,
yaitu :
a. Rekoleksi
Yaitu: menimbulkan kembali dalam ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala
detail dan hal-hal yang sedang terjadi disekitar tempat peritiwa itu dahulu
terjadi. Misal, seorang pria mengingat peristiwa dimana untuk pertama kali ia
pergi dengan seorang gadis.
b. Pembaruan Ingatan
Hampir
sama dengan rekoleksi, tetapi ingtan hanya timbul kalau ada hal yang merangsang
ingatan itu. Misal, dari contoh diatas ingatan akan timbul setelah pria
tersebut secara jebetulan jumpa dengan gadis yang bersangkutan.
c.
Mempelajari Kembali
B. Lupa
Lupa (forgetting) ialah hilangnya
kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita
pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa
sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari
atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi
dan pengetahuan dari akal kita.
1. Lupa
Versus Hilang
Kerapkali pengertian “lupa” dan
“hilang” secara spontan di anggap sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu
hilang dari ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan refleksi atas pengalaman
belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa sesuatu yang pernah dicamkan dan
dimasukkan dalam ingatan (long-term-memory) tetap menjadi milik pribadi dan
tidak menghilang tanpa bekas.
Lupa adalah
fenomena psikologis, suatu proses yang terjadi di dalam kehidupan mental.
Hilangnya informasi dari ingatan jagka pendek disebabkan oleh dua hal, yaitu
karena gangguan dan waktu. Mengingat al-hal yang batu dapat menggangu mengingat
hal-hal yang lama.gangguan-gangguan yang menyebabkan terjadinya lupa, baik
dalam ingatan jangka panjang maupun dalam ingatan jangka pedek ditunjang oleh
ahsil-hasil penelitian, bahwa informasi-informasi yang baru dapat membingungkan
informasi-informasi yang lama, yang baru menyulitkan orang untuk mengingat
kembali informasi-informasi yang lama disebut ‘inhibisi retroaktif’ atau
gangguan retroaktif. Sebaliknya bila informasi-informasi yang lama menyulitkan
orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang baru dinamakan “inhibisi
proaktif ” atau gangguan proaktif (Mahmud, 1990: 136).
Dengan kata
lain kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal
itu hilang dari ingatannya, seolah-olah yang pernah dialami atau dipelajari
sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa.
2.
Lupa-Lupa
Ingat
Lupa-lupa ingat
berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama dengan melupakan. Lupa-lupa berarti
pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan, tidak mengindahkan . baik
lupa-lupaan maupun melupakan mengandung kesengaajn. Pengorganisasian struktur
kognitif yang kurang baik dan sistematik berpotensi kea rah lupa-lupa ingat. Kerancuan struktur kognitif
menyebabkan sejumlah kesan menjadi samar-samar; kesan berbentuk baying-bayang
dalam ketidak pastian. Sesuatu hal yang direpresentasikan dalam bentuk kesan
mengapung di antara alam ambang sadar dan alam bawah sadar.
3.
Faktor-faktor
Penyebab Lupa
a. Lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara
item-item informasi atau materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam
interference theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi
menjadi dua, yaitu: 1)practice interference; 2) retroactive interference (Reber
1988; Best 1989; Anderson 1990)
Seorang
siswa akan mengalami gangguan proactive apabila materi pelajaran lama yang
sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi
pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari
sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah
dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini materi yang baru
saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.
Sebaliknya,
seorang siswa akan mengalami ganguan retroactive apabila materi pelajaran baru
membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama
yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut.
Dalam hal ini, materi pelajarn lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi
kembali. Dengan kata lain siswa tersebut lupa akan materi peajaran lama itu.
b. Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena sebab adanya
tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini
terjadi karena beberapa sebab, yaitu: Karena item informasi (berupa
pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang diterima siswa kurang
menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
·
Karena
item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada,
jadi sama dengan fenomena retroactive.
·
Karena
item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam
bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.
c. Lupa dapat terjadi karena sebab
perubahan sikapdan minat siswa terhadap proses dan situasi
belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses
belajar-mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan
minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan terhadp
guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
d. Menurut law of disuse (Hilgard &
Bower 1975), lupa dapat terjadi karena sebab materi pelajaran yang telah
dikuasai tidak pernah digunaakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian
ahli, materi yang diperlakukan demikian akan masuk ke alam bawah sadar atau
mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
e. Lupa tentu saja dapat terjadi karena sebab perubahan urat
syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan,
kecanduan alcohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan ata item-item
informasi yang ada dalam memori permanennya.
3.
Kiat
mengurangi lupa dalam belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa
adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang
dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut
Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990), adalah sebagai berikut:
♦ Over learning
Over learning (belajar lebih)
artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi
pelajaran tertentu. Over learning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu
muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara di
luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk over learning, antara
lain pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin memungkinkan ingatan siswa
terhadap teks Pancasila lebih kuat.
♦ Extra study time
Extra study time (tambahan waktu
belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi
aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti
siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi dua jam waktu
belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan
belajar materi tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali sehari.
Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
♦ Mnemonic device
Mnemonic device (muslihat memori)
yang sering juga hanya disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan
“alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam system akal
siswa. Muslihat mnemonic ini banyak ragamnya, yang paling menonjol adalah
sebagaimana terurai di bawah ini.
- Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau
istilah yang harus diingat siswa. Pembuatan singkatan-singkatan ini seyogianya
dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik dan memiliki kesan tersendiri.
- System kata pasak (peg word system), yakni sejenis teknik
mnemonic yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai
sebagai pasak (paku) pengait memori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk
berpasangan yang memiliki kesamaan watak (baik itu warna, rasa, dan
seterusnya). Misalnyalangit-bumi; panas-api; merah-darah; dan seterusnya.
- Clustering (pengelompokkan) ialah menata ulang item-item
materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti
bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat
mirip. Penataan ini direkayasa sedimikian rupa dalam bentuk daftar-daftar item
materi sehingga mudah untuk dihafalkan
.
C. Transfer
Belajar
1. Pengertian Transfer Belajar
Transfer
belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata yaitu transfer dan belajar.
Transfer dipungut dari bahasa Inggris yaitu “transfer“ yang berarti pergantian,
serahterima, atau pemindahan. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah lakuh sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Rumusan
Transfer belajar menurut para pakar psikologi :
a. Salmeto
mengatakan bahwa transfer adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh
pada waktu yang lalu terhadap proses
dan hasil belajar yang dilakukan kemudian.
b. Muhibbin Syah menyatakan bahwa
trasfer belajar terjadi bila pengetahuan dan keterampilan anak didik sebagai
hasil belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang
dialaminya sekarang.
c. Menurut W.S Winkel dalam bukunya “
Psikologi Pengajaran “ bahwa transfer belajar berasal dari bahasa inggris “
Transfer of Learning “ atau “transfer of Training “ yang brarti pemindahan atau
pengalihan hasil belajar yang diperoleh dari bidang studi yang satu ke bidang
studi yang lain atau kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan sekolah.
Dari
beberapa rumusan yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa transfer belajar yaitu pemindahan. Pemindahan disini jangan
dikonotasikan sebagai hilangnya suatu kemampuan atau keterampilan yang sudah
dimiliki pada masa lalu, karena diganti dengan kemampuan atau keterampilan yang
baru pada masa sekarang. Agar tidak terjadi kesalahan persepsi, transfer
belajar disini sebagai “ pemindahan Pengaruh “ atau pengaruh kemampuan atau
keterampilan melakukan sesuatu yang dikuasai terhadap kemampuan atau
keterampilan melakukan sesuatu yang lain yang akan dikuasai.
2. Beberapa
Teori Transfer Belajar
Teori
transfer belajar adalah pemikiran atau pendapat mengenai bagaimana transfer belajar
itu sendiri.
a.
Teori
Disiplin Formal
Teori ini didasari oleh ilmu jiwa
daya. Menurut teori ilmu jiwa itu tersusun dari beberapa macam daya ( pikiran,
ingatan, perasaan, dll. ) masing-masing daya itu dapat diperbaiki melalui
latihan-latihan. Teori transfer belajar menurut psikologi daya adalah bahwa
baiknya setiap fungsi sebagai akibat mempelajari bahan tertentu akan tertransfer
dalam mempelajari bahan apapun juga yang tidak ada hubungannya dengan bahan
latihan itu.
b. Teori
Komponen-Komponen Identik
Menurut teori ini transfer terjadi,
jika antara situasi yang lalu atau hasi belajar yang lalu dengan situasi yang dihadapi
atau bahan pelajaran yang dihadapi terdapat aspek-aspek yang sama.
c. Teori Generalisasi
Pandangan ini dikemukakan oleh
Charles Judd ( 1873-1946 ) yang berpendapat bahwa transfer belajar lebih
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola, dan
prinsip-prinsip umum.
4.
Ragam
Transfer Belajar
Muhibbin syah ( 1999 : 14 ) dengan
mengutip pendapat Robert M.Gagne mengemukakan empat macam tansfer belajar yaitu
transfer Positif, transfer negatif, transfer vertikal dan transfer lateral.
a. Transfer Positif Yaitu transfer yang
berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Misalnya keterampilan
mengendarai sepeda motor, akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan
bermotor roda empat.
b.
Transfer Negatif
Transfer
atau pemindahan berefek buruk yaitu mempersukar dan mempersulit dalam kegiatan
belajar selanjutnya. Misalnya keterampilan mengemudikan kendaraan bermotor
dalam arus lalu lintas yang bergerak disebelah kiri jalan, yang diperoleh
seseorang selama tinggal di Indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang
itu bila ia pindah kesalah satu Negara Eropa Barat, yang arus lalu lintasnya
bergerak disebelah kanan jalan.
c.
Transfer Vertikal (tegak lurus)
Dapat
terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam
situasi tertentu mebantu siwa tersebut dalam menguasai pengetahuan atau
keterampilan yang lebih tinggi atau rumit. Misalnya seorang siswa SD yang telah
menguasai prinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu duduk dikelas II akan
mudah mempelajari perkalian pada waktu di duduk dikelas III.
d.
Transfer Lateral (ke arah samping)
Dapat
terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah
dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi
yang lain. Misalnya seorang lulusan STM yang telah menguasai teknologi “X” dari
sekolahnya dapat menjalankan mesin tersebut ditempat kerjanya. Disamping itu,
ia juga mampu mengikuti pelatihan menggunakan teknologi kurang lebih sama
dengan mesin “X” tadi.
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
adanya transfer belajar :
a.
Intelegensi
Individu
yang lancer dan pandai biasanya akan mampu menganalisa dan melihat
hubungan-hubungan logis, ia segera melihat unsur-unsur yang sama serta pola
dasar atau kaidah hukum, hingga sangat mudah terjadi transfer.
b.
Sikap
Meskipun
orang mengerti dan memahami sesuatu serta hubungannya dengan yang lain, tetapi
kecendrungan atau pendiriannya menolak/ sikap negative, maka transfer tidak
akan terjadi, demikian sebaliknya.
c. Materi
pelajaran
Biasanya
mata pelajaran yang mempunyai daerah berdekatan misalnya matematika dengan
statistic, ilmu jiwa sscial dengan sosiologi, lebih mudah terjadi transfer.
d.
Sistem penyampaian Guru
Pendidik
yang senantiasa menunjukkan hubungan antara pelajaran yang sedang dipelajari
dengan meta pelajaran lain atau dengan menunjuk ke kehidupan nyata yang dialami
anak, biasanya lebih membantu terjadinya transfer. Hal
ini akan terjadi kalau kita mempelajari sesuatu yang dulu pernah kita pelajari.
Maka untuk mempelajari hal yang sama kedua kalinya ini, banyak hal-hal yang
akan diingat kembali, sehingga tempo belajar akan menjadi jauh lebih singkat
dari sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari
uraian-uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwasannyan memori atau
ingatan kita dapat kita gunakan untuk menyimpan hal-hal yang pernah kita alami
sebelumnya. Memori atau disebut juga ingatan ialah suatu daya yang dapat
menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali informasi yang telah lampau.
Definisi dari Schlessinger dan Groves (1976) adalah suatu sistem yang sangat
berstruktur, yamg menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan
menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap saat stimulasi
mengenai indera kita, setiap saat pula stimulasi itu direkam secara sadar atau
tidak sadari.
Lupa (forgetting) ialah hilangnya
kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah
kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan
lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah
dipelajari atau dialami.
Transfer belajar adalah sebuah frase
yang terdiri dari kata yaitu transfer dan belajar. Transfer dipungut dari bahasa
Inggris yaitu “transfer“ yang berarti pergantian, serahterima, atau pemindahan.
Beberapa
cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah terjadi dan diketahui
sebelumnya, yaitu :
a.
Rekoleksi
b. Pembaruan
Ingatan
c. Mempelajari Kembali
Faktor-faktor
Penyebab Lupa
a. Lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara
item-item informasi atau materi yang ada dalam system memori siswa.
b. Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena sebab adanya
tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja maupun tidak.
c. Lupa dapat terjadi karena sebab
perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
d. Menurut law of disuse (Hilgard &
Bower 1975), lupa dapat terjadi karena sebab materi pelajaran yang telah
dikuasai tidak pernah digunaakan atau dihafalkan siswa.
e.
Lupa tentu saja dapat terjadi karena sebab perubahan urat
syaraf otak.
Adapun beberapa Faktor-faktor yang mempengaruhi
adanya transfer belajar :
a.
Intelegensi
b.
Sikap
c.
Materi pelajaran.
d.
Sistem penyampaian Guru
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan.
Jakarta: Penerbit Teraju.
Rakhmat, Jalaludin.1991.Psikologi Komunikasi.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sabri, M. Alisuf.1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Sarlito Wirawan Sarwono.1976.Pengantar Umum Psikologi.Jakarta:
Bulan Bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar